Mohon tunggu...
Dian Utami
Dian Utami Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Ahmad Dahlan

Saya Dian Utami merupakan mahasiswa PPG Prajabatan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Budayakan Literasi, Mari Kita Berprestasi

9 Februari 2023   10:00 Diperbarui: 9 Februari 2023   10:09 756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menurut NAEYC literasi adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dapat mendorong anak-anak untuk berkembang sebagai pembaca serta penulis sehingga dalam hal ini sangat  membutuhkan interaksi dengan seseorang yang menguasai literasi. Literasi bukan hanya membaca buku pelajaran saja, namun literasi dapat dimulai dengan membaca buku novel, buku cerita, komik, majalah, koran dan lainnya. 

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Most Litered Nation in The World 2016, literasi di Indonesia masih sangat rendah dibuktikan dengan Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara. Oleh karena itu, dibutuhkan peran dari semuanya untuk memperbaiki kualitas literasi di Indonesia. Kualitas literasi tersebut dapat ditumbuhkan sejak usia dini.

Literasi Dini (Early Literacy) merupakan kemampun untuk menyimak, memahami bahasa lisan dan berkomunikasi melalui gambar dan lisan yang dibentuk oleh pengalaman interaksinya dengan lingkungan sosialnya di rumah. 

Pengalaman peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa ibu menjadi fondasi perkembangan literasi dasar (Chaedar, 2001). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh International Education Achievement (IEA) pada awal tahun 2000 menunjukkan bahwa kualitas membaca anak-anak Indonesia menduduki urutan ke 29 dari 31 negara yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. 

Dengan demikian tidaklah mengherankan bila Indeks kualitas sumber daya manusia (Human Development Index/HDI) di Indonesia juga rendah. Tentu saja ini merupakan berita yang menyedihkan bagi Negara berkembang yang ingin maju. 

Oleh sebab itu, pemerintah telah melakukan terobosan baru melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti luhur pada peserta didik melalui pengembangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS).

Gerakan literasi sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti peserta didik yang bertujuan agar peserta didik memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat. Gerakan literasi sekolah sekarang ini juga sudah mulai diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak. 

Berdasarkan sekolah tempat PPL sudah terlihat adanya usaha yang dilakukan sekolah untuk menstimulasi literasi anak yaitu dengan adanya nama-nama hari, nama bulan, pajangan karya anak, kartu angka dan kartu huruf yang ditempelkan pada tembok kelas. Selain itu juga terdapat poster-poster yang ditempelkan pada lingkungan sekolah yang dapat mestimulasi anak dalam kegiatan literasi. 

Salah satu yang menarik yaitu sebelum kegiatan dilakukan, guru membacakan buku cerita kepada anak sehingga dapat menstimulasi anak untuk cinta pada buku. Literasi dapat membantu anak dalam mengembangkan aspek perkembangan anak seperti bahasa, kognitif, sosial emosional.

Hal ini sejalan dengan pendapat Shihab (2019) manfaat literasi meliputi berbagai aspek perkembangan. Bukan hanya perkembangan kogntif saja, namun mencakup perkembangan sosial emodional keran literasi nerkaitan dengan keterampilan belajar dan mengambil keputusan, juga penyesuaian dengan lingkungan. Semua usaha yang dilakukan sekolah tersebut menjadikan kekuatan dalam menstimulasi literasi anak di sekolah.

Disamping kekuatan yang telah dibangun oleh sekolah melalui stimulasi yang telah diberikan, terdapat juga kelemahan yang ditemui di sekolah seperti belum tersedianya cerita yang dihasilkan bersama atara guru dengan peserta didik mengenai topik yang sedang dibahas, daftar hadir peserta didik untuk mengenalkan nama dari masing-masing peserta didik, belum adanya partisipasi orang tua di sekolah dalam menerapkan literasi, perpustakaan yang masih belum difungsikan sebagaimana mestinya yang menyebabkan tidak adanya kunjungan rutin ke perpustakaan sekolah, padahal hal tersebut penting dilakukan untuk memotivasi peserta didik agar cinta dengan buku. Selain perpustakaan yang belum difungsikan sebagaimana mestinya, juga belum adanya pojok baca pada masing-masing kelas untuk mendukung stimulasi literasi pada anak usia dini.

Pojok baca merupakan pemanfaatan sudut ruang kelas sebagai tempat koleksi buku yang ada pada setiap kelas (Nugroho, 2016: 145). Walaupun anak usia dini belum mampu dalam membaca, namun setidaknya anak dapat mengenal buku sebagai langkah awal dalam mengenalkan anak pada buku dan sebagai pembiasaan agar anak akrab dengan buku. 

Pojok baca sangat penting bagi peserta didik taman Kanak-kanak terlebih pada saat ini telah diterapkannya kurikulum merdeka yang terdapat literasi pada setiap kegiatannya. 

Pojok baca juga memberikan beberapa manfaat dianataranya yaitu dapat memanfaatkan pojok kelas sebagai tempat bacaan anak usia dini dan sekaligus menjadikan bagian dari literasi sekolah, pembentukan karakter dengan memanfaatkan pojok kelas literasi, dan membiasakan peserta didik untuk membaca di pojok baca. Sangat disayangkan jika sekolah belum mempunyai pojok baca disetiap kelas mengingat manfaat dari pojok baca tersebut sangat banyak.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun