Mohon tunggu...
Diajeng Ashkia
Diajeng Ashkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Political science student interested in consulting.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kepercayaan Rakyat terhadap Partai Politik Dalam Kondisi Kritis?

28 Oktober 2021   22:10 Diperbarui: 28 Oktober 2021   22:25 529
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Partai politik merupakan sebuah rumah sekaligus wadah pembentuk calon-calon wakil legislatif maupun eksekutif yang kelak nantinya akan memikul tanggung jawab untuk dapat bersikap representatif terhadap aspirasi-aspirasi rakyat. Apabila tanggung jawab seorang warga negara adalah untuk dapat bersikap partisipatif dalam uruan sipil maupun kehidupan masyarakat di tingkat lokal, negara bagian, maupun nasional, maka pemerintah (dalam hal ini wakil-wakil rakyat) di sisi lain memiliki tanggung jawab untuk mendengarkan dan menyalurkan aspirasi-aspirasi yang terlahir dari proses partisipasi tersebut. Hubungan yang terjalin melalui cycle tersebut lah yang menentukan tingkat kepercayaan rakyat terhadap para wakil yang menduduki bangku parlemen. Semakin sering pemerintah mendengarkan aspirasi rakyat, maka semakin tinggi juga tingkat kepercayaan rakyat terhadap sistem demokrasi di Indonesia. Akan tetapi, bagaimana sebenarnya cara kita sebagai rakyat untuk dapat membedakan calon-calon legislatif yang dapat bersikap representatif serta yang tidak? Penentuan tersebut semuanya dimulai pada proses awal perekrutan dan pembekalan anggota partai politik. Maka dari itu, sebenarnya proses kaderisasi partai politik merupakan tahapan yang paling krusial terhadap penentuan calon-calon wakil rakyat kita.


Salah satu peristiwa yang paling menarik perhatian penulis adalah kembali viralnya hasil wawancara Dearly Dave Sompie dalam acara Mata Najwa yang diunggah dalam platform Youtube Najwa Shihab pada Rabu (19/07/2018). Dalam wawancara tersebut, Najwa Shihab membuka wawancara dengan mempersilakan Dearly untuk meyakinkan penonton Mata Najwa mengapa ia layak untuk mendapatkan kepercayaan menjadi wakil rakyat, dimana Dearly menggunakan panggung tersebut untuk menyanyikan sebuah lagu singkat dengan lyric, “Aku mulai tak memahami dunia sudah semakin gila.. Kita saling menyakiti mengatasnamakan cinta.. Aku manusia, kamu manusia, kita manusia.. Kita bersaudara, Indonesia.. Aku adalah pejuang".


Adapun, ketika Mbak Nana melanjutkan wawancara dengan mempertanyakan Dearly mengenai apa yang ia cari dalam menjadi seorang politisi, Dearly menjawab,

“Yang pertama sebuah pengalaman untuk mengetahui seperti apa politik Indonesia. Untuk tahu persis dengan terjun langsung ke dalamnya. Lalu kemudian saya ingin berbuat sesuatu yang baik dan benar untuk masyarakat Indonesia”.

Mendengar jawaban tersebut, Mbak Nana kemudian mempertanyakan kembali apakah dengan mencari pengalaman pribadi, lantas Dearly menganggap bahwa pencalonannya hanya sekadar coba-coba.

“Bukan coba-coba. Menurut saya untuk mencari pengalaman baru itu selalu baru di setiap babak kehidupan. Jadi ini bukan coba-coba, saya mencoba menjalani kehidupan saya.” “Saya tidak bisa memberitahukan masyarakat bahwa saya bisa ini dan itu. Masyarakat sudah sering mendengar hal itu. Saya ingin melakukan sesuatu. Saya ingin membuat masyarakat Indonesia bersatu,” tambah Dearly.
Adapun, dalam komentar-komentar Youtube Mata Najwa, terdapat banyak warganet yang ikut mengomentari mengenai video yang kembali viral setelah tiga tahun tersebut.

“Menjadi wakil rakyat harusnya bukan untuk dicoba-coba, atau hanya sekedar mencari pengalaman. Ini RAKYAT bung, bukan mainan,” tulis seorang warganet.

“Demi Tuhan, dengerin jawaban-jawaban Dirly bikin merinding, takut… Inikah kualitas Perindo?”, ucap warganet lainnya.

“Dirly ngomong begitu merasa berkharisma banget padahal kita yang lihat mah jadi bahan lawakan,” tambah seorang warganet.

 Meski pada akhirnya Dearly gagal terpilih menjadi seorang anggota legislatif, kembali viralnya video tersebut membuat penulis menjadi berpikir keras mengenai model dan syarat-syarat rekrutmen seorang anggota partai politik.


Berdasarkan hasil survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2013, kepercayaan publik terhadap demokrasi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi, dimana 67 persen responden mengungkapkan bahwa demokrasi di Indonesia saat ini demokratis dan sekitar 71 persen mengungkapkan bahwa demokrasi dianggap cocok bagi masyarakat Indonesia. Akan tetapi, nyatanya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik justru rendah, dimana terdapat perolehan sebesar hanya 41,3 persen yang setuju bahwa partai politik sudah mewakili kepentingan konstituennya (LIPI, 2013). Didukung dengan survey LIPI pada April-Juni 2018, didapatkan bahwa DPR dan partai politik mendapatkan persepsi terburuk sebagai instansi demokrasi, dengan DPR yang mendapatkan hasil suara apresiasi lembaga demokrasi sebanyak 23,45 persen, serta partai politik dengan suara terendah sebesar 13,10 persen. Apabila bercermin pada hasil survey tersebut, penulis rasa bahwa seharusnya para partai politik dapat memberikan upaya terbaik dalam meraih kepercayaan rakyat, salah satunya dengan memperketat seleksi awal perekrutan anggota partai politik, terutama memperketat fungsi kaderisasi bagi mereka yang ingin melangkah lanjut ke kursi parlemen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun