Oleh Diah Trisnamayanti
Banyak Ustadz menyampaikan perintah “sholat” sebagai kewajiban seorang muslim yang beriman. Seorang hamba yang patuh akan melaksanakan sebagai bentuk tanggungjawab di dunia kepada Sang Khalik. Setelah melakukan sholat, kita berharap apa yang kita kerjakan di dunia mendapatkan berkah dari Allah.
Keberkahan yang dinanti seorang hamba seolah tak kunjung datang. Begitulah rasa yang ada dari seorang hamba ketika dia belum mampu menyampaikan maksud hati kepada yang mempunyai jagad. Maka terkadang sholat ditinggalkan atau diabaikan, Sebenarnya bila kita lebih teliti membaca perintah dalam surat Al Baqarah ayat 43,
dan banyak lagi ayat yang menyatakan agar orang beriman mendirikan sholat. Dirikan sholat maka diluruskan pikiran dalam setiap perbuatan oleh Allah. Bila hal itu belum terasa terjadi dalam kehidupan, perlu kiranya merefleksi niat dari sholat yang didirikannya.
Setiap bersikap, berkata dan berdiam kepada tiap mahluk hidup atau benda mati; ingatlah Allah, tuhan pencipta tubuh dari mata telinga, otak, pikiran, lidah sampai pada pembuluh darah dan inspirasi yang terjadi. Itulah yang menjadi keberkahan hidup abadi dan tidak terjamah atau dipolitisasi oleh hamba yang lain.
Selain niat yang telah diajarkan sejak SD, sepertinya ada niat yang perlu dikuatkan ketika akan melakukan sholat. Ada niat yang tersembunyi di dalam dada manusia yang semuanya terfokus pada keinginan untuk diterima segala pekerjaan hamba di dunia menjadi ibadah dihadapan Illahi robbi.
Niat bukan satu-satunya yang perlu diwujudkan oleh otak dan gerakan dalam sholat. Apa yang dibaca dalam sholat dipahami sebagai bentuk hubungan antara Sang Pencipta dan hamba yang melaporkan semua kejadian yang dialami di dunia. Tangisan syukur dan luaooan emosi kebahagian tercermin dalam tiap surat yang disampaikan.
Saat membacakan takbiratul ikhram di awal hingga membacakan alfatihah dan surat-surat di setiap rakaat dalam sholat wajib adalah saatnya diri memfokuskan pada yang mempunya tubuh dan alam semesta tentang yang dirasakan, dilihat, dilakukan; disitulah awalnya komunikasi hati tersembunyi seorang hamba pada sang khalik terjadi. Perjalanan hati itulah yang dirasakan sebagai mendirikan sholat.
Tantangan mendirikan sholat sangat besar, godaan syeithan yang terkutuk bukan hanya berlalai sebelum sholat dilakukan tetapi juga ketika seorang hamba mengerjakan sholatnya.