Pada 1 Maret 2019 lalu, Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau yang akrab disapa AHY menyampaikan rekomendasi untuk siapapun presiden RI terpilih dalam Pemilu 2019. Dalam rekomendasi itu, AHY menyelipkan pesan untuk semua elemen bangsa. AHY mengatakan, "Pesta demokrasi seharusnya disambut dengan riang gembira, bukan dengan kebencian dan hati yang susah, karena putusnya silaturahmi akibat perbedaan pandangan dan pilihan politik".
Pernyataan AHY tersebut bukan sekedar lips service semata. Pernyataan tersebut merupakan tekad dan sikap Partai Demokrat dalam mewujudkan demokrasi yang cerdas, hebat, dan bermartabat. Salah satu sikap yang ditunjukkan Partai Demokrat dan AHY untuk mewujudkan hal itu adalah dengan bermain basket bersama cawapres nomor urut 02, Sandiaga Uno, pada Minggu (17/3) di Bulungan, Jakarta Selatan.
AHY dan Sandi terlihat kompak mengenakan baju berwarna biru. AHY memakai baju bertuliskan Demokrat 14 dan Sandi mengenakan baju bertuliskan Indonesia 02. Suasana hangat, riang gembira, dan bersahabat ditunjukkan dalam arena olahraga tersebut.
Inilah yang dimaksud AHY dan Demokrat sebagai demokrasi riang gembira. Meskipun ada persaingan, kompetisi, jual beli serangan, namun sportifitas merupakan hal yang penting dalam sebuah kompetisi. Dengan sportifitas kita akan tahu hakekat sebuah perjuangan, yaitu memenangkan, bukan menjatuhkan.
Seperti diketahui, saat ini pesta demokrasi lima tahunan menempatkan dua pasang putra-putra terbaik Indonesia sebagai capres dan cawapres dalam Pemilu 2019. Ada Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Di waktu yang bersamaan Pileg serentak juga dilaksanakan di hari dan waktu yang sama dengan penyelenggaraan Pilpres. Selain itu, persyaratan ambang batas parlemen membuat partai politik harus bekerja ekstra.
Dengan kondisi itu, tak jarang partai-partai politik menggunakan berbagai cara untuk menjatuhkan lawan politiknya. Baik itu lawan politik yang berbeda secara ideologi, berbeda koalisi, bahkan teman satu koalisi pun tak jarang menjadi sasaran penjegelan.
Contohnya baru-baru ini, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan terbuka menyindir partai nasionalis yang ada, termasuk partai yang ada di barisan pendukung Jokowi tidak konsisten dalam perjuangannya. Ada juga Golkar yang menuding partai irisannya, Partai Nasdem, mempunyai niat jahat. Hal ini menunjukkan partai politik sudah menunjukkan tingkat kefrustasiannya sehingga jalan satu-satunya adalah dengan cara menjegal lawan maupun teman politik.
Sikap saling menjelekkan, menjatuhkan, dan menjegal inilah yang kedepan dikhawatirkan akan merusak demokrasi. Kata AHY, "Nasib  dan masa depan sebuah negara, ditentukan oleh bangsa itu sendiri".
Mari kita memilih, apakah abai dengan demokrasi, atau memilih demokrat sebagai pedoman berdemokrasi. Mari happy dalam berkontestasi, riang gembira dalam pesta demokrasi.