Mohon tunggu...
Diah Nur Robbaniah
Diah Nur Robbaniah Mohon Tunggu... Guru - menanam.makna

Seorang ibu, guru, pencinta flora, dan hobi fotografi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sang Mawar Merah

1 Juli 2021   10:15 Diperbarui: 1 Juli 2021   10:21 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hamparan rerumputan nan hijau begitu menyejukkan mata. Di pinggir kebun milik petani yang luas itu, juga ditanami berbagai macam jenis bunga. Bunga-bunga beraneka warna itu sangat indah hingga menarik hewan-hewan untuk menghisap sarinya. Tak terkecuali sekuntum mawar merah yang merona.

 Anehnya, para kumbang itu lebih menyukai pesona mawar merah daripada bunga-bunga lainnya. Karena merasa banyak dibutuhkan dan selalu menarik perhatian kumbang, mawar pun menjadi bunga yang besar kepala.

"Hey teman-teman, lihatlah aku. Keindahan warna dan bentukku selalu mengundang para kumbang menghampiriku. Apalagi dengan wangiku yang semerbak.....membuat manusia sangat jatuh hati kepadaku. Bagaimana dengan kalian?" Cerita sang Mawar dengan congkaknya.

"Sebenarnya, aku juga disukai banyak hewan dan manusia, terlebih lagi aku juga lebih wangi dari dirimu, Mawar!" seru Melati.

Bunga Anggrek yang yang sejak tadi hanya mendengarkan para bunga berbicang-bincang itu pun  akhirnya bersuara.

 "Walau aku tidak seharum kalian, tetapi bentukku sangatlah indah, apalagi dengan mahkotaku. Lihatlah...apakah kalian juga memilikinya?" kata si  Anggrek Bulan sambil memperlihatkan mahkotanya.

Mendengar perkataan teman-temannya, Putri malu yang berada di pinggir jalan setapak pun berkata, "Janganlah kita saling menghina atau bahkan memamerkan kelebihan kita masing-masing karena kita semua adalah sama-sama ciptaan sang Maha Kuasa. Semua ciptaan Sang Maha Kuasa pasti memiliki manfaat yang luar biasa." lanjut Putri Malu yang membuat teman-temannya merasa bersalah karena telah bersifat sombong. 

Kecuali Sang Mawar. Dia tidak mendengarkan Putri Malu bahkan Sang Mawar dengan ringannya mengejek Putri Malu.

"Tahu apa engkau dengan keindahanku. Pasti kamu hanya iri kepadaku. Engkau tidak punya mahkota seindah milikku, apalagi dengan aroma wangi tubuhku. Kau tumbuhan semak yang tak menarik! Ejek Mawar kepada Putri Malu dengan sinisnya.

Mendengar perdebatan para bunga, para Peri Penjaga Taman akhirnya turun dari khayangan dan menghampiri para bunga. Melihat kedatangan Peri Penjaga Taman, para bunga terkejut, apalagi Mawar. Mereka semua terkejut karena dengan kedatangan Peri Penjaga Taman berarti akan ada hukuman bagi salah satu di antara mereka. Benarlah keyakinan para bunga.

"Wahai kalian para bunga. Kalian pasti tahu maksud kedatanganku ke sini. Sebagai Peri Penjaga  Taman, aku hanya ingin keindahan dan ketenangan taman ini tetap terjaga. Tidak ada keributan apalagi saling mengejek. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun