Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Replika Surat Cinta

5 Januari 2023   09:10 Diperbarui: 5 Januari 2023   10:18 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi senja | dokumentasi pribadi 

Tuanku Priyambada,

Malam ini aku ingin menuliskan kepadamu,tentang apa yang melintas dalam benakku. Mengenai pertanyaan-pertanyaan yang tak menginginkan jawaban. Aku tidak ingin memaksamu untuk menyepakati ideku, Tuan.

Meski kekagumanku padamu tak mampu disandingkan layaknya kekaguman May Ziyadah kepada Sang Penyair. Dan abjad yang pernah hidup selama berabad pun tidak sedang ada padaku untuk dapat kutuliskan padamu.

Namun, izinkan aku menyembunyikan letupan-letupan di dalam diriku bila bertemu dengan susunan lema darimu. Menyembunyikannya bahkan dari senja yang mungkin dengan segera membawa pergi dariku. Secepat cahaya jingga nirwana menghilang; berseteru lalu dengan amat ironis membiarkan dirinya menyatu dengan malam.

Tuanku Priyambada, izinkan aku menyukai segala kata-kata yang menyaru sebagai kitab berisi segala cerita dan kisah tentang siapa dirimu, Tuan. Cetak birumu. Setiap bab akan kusukai. Dan aku tidak akan menuntut balas darimu. Tidak sedikitpun.

William Shakespeare tua mungkin telah menggerutu. Katanya, "kita persalahkan musibah kepada matahari, kepada bulan, kepada bintang-bintang: seolah-olah kita korban takdir, buah permainan surgawi ... sasaran kutukan sang penyihir agung, yang menjatuhkan tulah lewat pergerakan bintang." Begitulah gerutunya sampai ke tingkap langit.

Mari kita biarkan dia menggerutu sendirian. Sementara aku pun tidak akan menuntutmu menjadi seperti yang kuinginkan. Sedikit pun tidak. Supaya aku terbiasa membaca setiap abjad yang ada pada kitabmu walau tidak semua sama seperti yang kuangankan tentangmu.

Tuanku Priyambada, hanya satu yang ingin kupahami. Belajar bersamamu, bahwa kekuatan Freud berjanggut agak panjang itu telah patah tatkala orang dapat mengobati manic depressive dengan menggunakan lithium. Juga kekuasaan Marxisme telah runtuh ketika Tembok Berlin berdiri.

Belajar darimu bagaimana cara berbicara dari beragam bahasa, juga tentang bahasa-bahasa yang ternyata memiliki kemiripan seperti telah dinobatkan oleh Noam Chomsky. Belajar  mempunyai naluri.

Naluriku. Intuisiku. Tentangmu. Cetak birumu. Di sepanjang nervus kranialisku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun