Mengenang Sang Binatang Jalang.
Tak mampu dipungkiri bahwa puisi-puisi Chairil Anwar begitu luar biasa. Kecakapannya mendobrak dunia fiksi digandrungi banyak kalangan. Hingga kini banyak puisi yang mungkin menjadi salah sekian favorit kita seperti Aku, Diponegoro, Maju, atau Malam.Â
Bukan hanya berhenti di situ saja, banyak puisi Chairil  yang sempat dibacakan dan diracik dalam sebuah wujud musikalisasi puisi. Salah satunya dibacakan secara apik  oleh si anggun nan menawan Dian Sastro berjudul Derai Cemara.
Namun bila boleh membagikan sedikit narasi, satu puisinya yang menarik perhatian saya adalah Catetan Th. 1946. Ada begitu banyak frasa unik dalam puisinya ini. Â Ya, tentu saja puisi yang bisa kita temukan dalam buku "Aku ini Binatang Jalang" merupakan sekumpulan puisi Chairil Anwar yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang ada saat itu. Tahun 1946.
Keberanian Chairil menggunakan bahasa Indonesia  mendobrak karya-karya puisi lama pada saat itu. Secara pribadi saya menyukai sisi perjuangannya untuk mengantar kita pada gerbang puisi modern.