Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ulang Tahun Kompasiana: Mendulang Mimpi Berbalutkan Persahabatan

24 Oktober 2021   20:01 Diperbarui: 24 Oktober 2021   21:58 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: persahabatan | dokumentasi pribadi

Ahay!! Ternyata bukan saya saja yang mendulang sahaja bahagia. Ternyata, sahabat yang saya kenal di Kompasiana selama dua tahun pun mengangkat pintu gerbang ketuaannya di bulan ini. Ya, tambah tua ya, Bang Jack. Semoga semakin mahir berenang di Khey. 

Dan,... 22 Oktober, tempat impian menulis saya bernaung, perpanjangan tangan Tuhan untuk saya menuangkan ide, juga mengangkat gelas, merayakan ulang tahunnya yang ke-13. Berjayalah Kompasiana. (Khey, kau membuatku kembali mampu menuangkan rasa percaya pada diriku sendiri. Many thanks and love you). 

Di ruang inilah saya mengumpulkan nyali kecil sebagai seorang warga biasa tanpa pengetahuan jurnalistik dan kemampuan gramatikal yang hanya grotal gratul, mencoba untuk menyelipkan diri saya. 

Demi eksistensikah? Wah, Om Emile Durkheim pasti akan sangat bangga bila menemukan saya mengiyakan teori eksistensinya. Terlebih, Om Abraham Maslow sudah barang  tentu tertidur lega--tanpa rasa insecure--bila kebutuhan eksistensi saya terpenuhi. 

To turn noises to be an angelic voice might need a big effort. (itu menurut saya).

Ya, saya mengakui ada begitu banyak artikel saya yang nyleneh. Aeng, itu kalau Ohm "Wendo" Arswendo bilang. Tapi, saya senang bercerita tentang semua yang saya pelajari dalam perjalanan waktu hidup saya. 

Sebagai seorang backpacker, bukan peristiwa aneh bila dalam perjalanan ke sebuah destinasi tertentu, saya lebih gandrung pada lini perjalanan daripada tujuan perjalanan itu sendiri. 

Saya menikmati sentuhan humanis saat seseorang menawarkan tempat berteduh ketika tubuh ini kuyup kena hujan. Secangkir teh hangat yang diseduh pemilik rumah serasa teh camomile di restoran yang belum pernah saya sentuh. 

Percakapan yang meluruh dari kenek bus antar kota seringkali mengaktifkan kembali lobus pre frontal cortex saya untuk belajar tentang kehidupan. 

Berbekal memori berharga bikinan Sang Kuasa, jemari saya berusaha menuntun keyboard HP memercikkan aksara ke dinding Kompasiana. 

Meniti waktu dari hari ke hari yang emejing ini, saya baru mengetahui, betapa nafas kekerabatan, santun  kata, tangis, tawa, semua terlibat di bulan ke sepuluh kalender Gregorian.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun