Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Fragmen Kehidupan

24 Januari 2021   20:12 Diperbarui: 24 Januari 2021   20:16 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: tenang jiwa| via desiringgod.org


Ada butir-butir kata bercecer di ladang juragan, sedang dihitung oleh hamba wicara yang gemar bertutur

Dengarlah, dengar! Celoteh pagi yang bergemar, tentang kisah kemenangannya mengusir malam yang telah bersetubuh dengan janari, sementara ia sendiri menyerahkan dirinya dilumat matahari

Di tepi tapi awan hitam bertemu tamu, ia berbincang dengan alam, lantang serupa petir dan guntur nan mengguncang, sedang angin riuh ke sana ke mari meniup semesta bimbang

Lihatlah, lihat! Seorang anak kecil berlari menembus kabut pagi mencoba meraih mimpi sebelum ia tenggelam dan mati di pusaran arus masa yang semakin menggerus, membuatnya semakin kurus

Jauh di ujung jalan, sang tua berkesah tentang sebuah kisah kala ia menunggu kemarin kembali datang bersua, namun saatnya tiada kunjung tiba jua

Rasakanlah sebuah rasa. Legitnya waktu merekam mekarnya kembang, lalu tumbang, jatuh mencium tanah basah, sesaat setelah kematian memeluknya penuh kemesraan

Ada jiwa yang tenang terbang menuju tempat tenang lagi senang, jiwa yang berjumpa terang, telah menang dari segala perang

Titik bukan untuk sebuah akhir, namun awal segala yang baru.

"Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya" (King Solomon)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun