Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Clairvoyant

16 September 2020   17:21 Diperbarui: 16 September 2020   19:47 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin memang begitu. Lidah orang kan subyektif. Baik rasa hasil olah masakan dan rasa hasil olah pikiran semua ga ada standar baku. Hanya saja, bagiku rumah sakit tetaplah rumah bagi yang sakit. Masakan seenak apa pun baunya pasti satu. Karbol. Ingat, rasa itu subyektif. Kau pun boleh berpendapat lain.

Namun niat hanyalah tinggal tekad. Kembali mataku melirik jam dinding di dekat patung besar yang berdiri di sudut lorong rumah sakit. Pukul 01:31. Lagi-lagi, aku menyerah pada sang waktu.

Urat nadi kebosanan mengurungku kembali ke kamar tempat Bapak terbaring. EKG masih berdenyut. Senada dengan detak jantung Bapak.

Terdengar isak tangis dari bilik sebelah. Sangatlah jelas. Maklum, kartu BPJS kelas tiga hanya mampu mengantarkan kami di ruangan bersekat tirai polos berwarna toska.

Kuintip dari balik tirai bilik Bapak sebentar, agar rasa haus infoku terobati. Pas. Pasien ruang 576 A. Penderita hematemesis melena, terpaksa harus ikhlas melepas sukma. Kini membujur kaku di atas bed yang ditarik ke arah ruang jenazah.

Namun satu yang membuatku terpana, wajah almarhumah itu persis sama dengan wanita yang sempat bersua denganku di toilet luar ruang sana. Ugh! Yang begini ini yang aku tak suka.

Kututup tirai. Kugenggam jemari Bapak yang baru saja turun dari meja operasi. Melihatku meringkuk di atas kursi tunggu dengan tangan gemetaran di sela jemarinya, Bapak terbangun. 

"Kenapa? Ketemu temenmu lagi?"

"Tapi tadi beneran, Pak. Aku ketemu,"

"Ya iya. Kamu kan disukai mereka,"sungguh nyinyiran terindah yang pernah kudengar.

Bapak kembali hanyut dalam tidurnya. Serasa mimpi indah menang undian rumah ingin diulangnya kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun