"Joe, setiap hati yang beku, selalu punya kesempatan untuk dihangatkan kembali. Percayalah. Mempertahankan kepercayaan adalah lebih penting dari pada sekedar mempertahankan sebuah hubungan," kata pelayan yang kemudian meninggalkan Joe sendiri.
Selang beberapa menit kemudian Rachel masuk ke dalam kedai lalu menghempaskan tubuhnya di dekat Joe, suaminya.
"Mayat itu...apa Rachel tahu sesuatu tentang mayat itu, Jessie?" tanya Josh. Aku hanya mengangkat bahu. Jangankan pertanyaan sejauh itu. Dimana aku sekarang pun aku tak tahu.
"Jadi, sekarang kau ingin melibatkan dirimu dalam kasus ini, Tuan?"
"Entahlah. Saat kau menghabiskan waktu dengan gadis korban pelecehan itu, aku mencoba mencari tahu seka...,"
"Apa katamu? Gadis korban pelecehan?"
"Ya. Gadis itu, yang sedang menikmati kentang gorengnya,"
"Dari mana kau tahu dia dilecehkan?" Josh menunjukkan selembar surat kecil berlumuran darah.Â
"Surat ini ada dalam genggaman tangan mayat di gudang. Aku mengambilnya. Lalu pria kurus berkacamata tadi dia mencoba masuk ke dalamnya."
"Kau di mana saat itu, Josh?" tanya pelayan tua yang tiba-tiba duduk di sampingku sambil tersenyum.
"Kau mengagetkanku, Nyonya,"sahutku.