Tubuhku segera menyelinap di kegelapan. Kudengar langkah kaki Dan beberapa suara sedang berbincang, mendekati gudang di belakang kedai.Â
Dengan segera kutundukkan tubuhku di tumpukan batu, di samping kedai. Kedua bola mataku memindai dua orang pria keluar dari kedai berjalan ke sebuah gudang  berkonstruksi kayu tua. Aku mencoba memberanikan diri menatap mereka di balik bebatuan yang melindungi tubuhku.
Mereka berdua hanya diam. Yang satu bertubuh kurus, berwajah tirus, dengan kacamata bulat membingkai wajahnya. Sedang yang satunya lagi berperawakan sedang. Umurnya mungkin lebih muda. Rambutnya lebih rapi. Bentuk wajah ovalnya. Sedikit bekas goresan luka di pipi kirinya terlihat jelas di bawah temaram lampu gudang.
Terdengar suara ranting patah. Aduh, bodohnya kakiku menginjak sebatang ranting kering yang tidak terlihat jelas, karena gelapnya malam.
Mendadak ada tangan yang membungkam mulutku, menarik tubuhku ke sebuah sudut di luar kedai.
"Ssssst. Diam!" lega hatiku sadari tangan Josh yang menarikku ke sebuah sudut di luar kedai.
Dua lelaki di dekat gudang itu meneliti setiap jengkal tumpukan batu di mana aku semula bersembunyi. Saat mereka tak menemukan siapa pun, mereka berjalan ke arah kami berdua. Dan oh, tiba-tiba Josh memelukku erat.
"Diam," bisiknya di telingaku.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya si kurus berkacamata.
"Emh, oh...kami....yha kau tahu, kami sedang...mencari tempat sepi untuk...," dua orang itu menunggu Josh melanjutkan jawabannya.
"Kami berdua di sini untuk...., kau tahu kan, kami,..." Oh, sialan otakku buntu. Alasan apa yang harus kukatakan?