Sesuai kabar yang tersiar dari Official Account @aliansibem_si, pada tanggal 3 Juni 2020 wakil Kemendikbud RI Plt. Dirjen Dikti Prof Ir. Nizam telah menghubungi koordinator aksi terkait guna meresponi aksi media oleh kaum civitas akademika.
Pernyataan resmi Kemendikbud telah dibuat, namun kesepakatan dari para Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negri pun tak mampu menjawab kebutuhan mahasiswa. Opsi yang disodorkan antara lain, menunda pembayaran, menyicil pembayaran, mengajukan penurunan UKT, dan mengajukan bantuan finansial bagi yang berhak.
Dari pernyataan ini jelas sudah jawaban dari pihak Kemendikbud. Bahwa Tidak Akan Ada Kenaikan UKT. Ya, tapi bagaimana bila disandingkan dengan fasilitas yang diberikan kampus selama ini? Bila memang semua fasilitas mampu menampung kebutuhan belajar mahasiswa, maka tak akan ada kerinduan mahasiswa untuk melakukan dialog refleksi.
Kembali dengan sebuah mediasi. Bagaimana kita bisa atasi pandemi tanpa harus kehilangan makna untuk bisa bersama-sama saling memahami kondisi dan situasi. Haruskah mimpi anak negri tereliminasi?
Sudah terbayang seperti apakah nanti keindahan perbincangan antara Kemendikbud dan para mahasiswa ini? Sangat besar harapan kita ada tindak lanjut dan kebijakan tersendiri dalam hal besaran UKT ini. Entah dalam bentuk potongan harga, ataukah tenggat waktu pembayaran yang perlu dikondisikan lebih lanjut?
Mungkin fasilitas yang tersedia bagi anak negri harus dibenahi meski mereka harus belajar di masa pandemi. Bila PSBB telah dilonggarkan dan kebijakan Kemendikbud RI telah bulat untuk tidak mengundurkan jadwal tahun ajaran baru, maka kemungkinan mahasiswa untuk kembali berkuliah secara tatap muka sesuai protokol New Normal akankah kembali terwujud sebagai opsi?
Menu-menu solusi yang lebih baik kami tunggu bersama, wahai birokrat negri, agar konsep yang dulu digadang-gadang sebagai kuliah merdeka itu benar-benar nyata, dan bukan hanya retorika.
Kami tunggu dialog refleksi agar tertuang apa yang disebut sebagai ide murni. Anak-anak negri tak berusaha menurunkan posisi, hanya sedikit gagasan atas kegalauan hati kami, baik orang tua maupun anak-anak pertiwi.Â
Salam,Â
Hanya seorang rakyat biasa