"Ayolah, Boone. Aku sahabat kecilmu. Siapa gadis yang telah menawanmu? Perlukah aku menahannya untuk kuberikan padamu, kawan?"
"Hahahaha, kali ini kau tak akan mampu menahannya untukku,"
"Oh, ya? Siapa perempuan itu? Dari mana asalnya? Mengapa ia begitu istimewa? Ia pasti sangat menarik,"
"Tidak. Ia hanya gadis biasa. Tak banyak keistimewaannya. Ia hanya pandai menarik hatiku. Itu saja. Aku merindukannya, teman. Tapi apa yang bisa kulakukan, ia berada di ruang yang lain. Ia berada di dimensi yang lain,"
"Boone, jangan katakan, kau jatuh cinta pada seorang gadis di sana? Saat Ayah mengirimmu ke dunia?"
Boone terdiam. Mata sendunya melihat ke arah Arye tajam. Seakan ia mengiyakan semua perkataan lelaki yang berselisih umur dua hingga tiga tahun di bawahnya.
"Atau perlukah kita jemput dia dan paksa dia untuk tinggal bersamamu? Katakan teman, apa yang bisa kulakukan?"
"Minumlah arak ini, Arye. Pagi ini belum hangat. Lihat, kabut pelabuhan pun belum menyadarkanmu. Dinginnya masih membekukan pemikiranmu. Aku hanya berharap, kau pun segera menemukan cinta, bukan hanya sibuk mengurusi pedang dan samuderamu,"
"Kapan kau akan berlayar lagi?"
"Entahlah. Mungkin sebulan lagi. Awak kapalku masih ingin berkumpul dengan keluarganya. Mereka membutuhkan kehangatan itu, Arye."
"Berhentilah berlayar. Ikutlah aku ke dimensi materi. Kita akan menemukan gadis itu, Boone. Kita berdua. Bagaimana?"