Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Ia Raja Pesisir, Aku Raja Pedalaman [Part 2: "The Truth"]

10 Oktober 2019   12:02 Diperbarui: 10 Oktober 2019   12:17 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

"Tolong berhenti memanggilku Tuan Putri dan coba jelaskan siapa aku."

"Kumohon, dengarkan dulu aku, Tuan Putri Sherin. Waktu kita tak banyak. Cincin yang kau kenakan itu adalah cincin meterai. Dunia ini sedang berada dalam keadaan yang sangat gawat. Dua batu api besar telah dikirim dari dimensi lain untuk menghancurkan bumi. 

"Kami datang sebagai bagian dari bumi ini. Kau pun demikian. Jadi kumohon tetaplah bersamaku. Aku adalah abdimu. Dari beribu-ribu ksatria Fillya, akulah yang telah terpilih untuk mengawal, Tuanku. Seperti telah tertulis dalam buku Zenith, buku tentang riwayat kerajaan Fillya, yang diwariskan oleh nenek moyang kami.

"Sudahlah. Yang pasti, jangan pernah kau lepaskan cincin itu, Tuanku. Itu meterai untukmu, dan bagi masa depan kerajaan Fillya."

"Lalu...apa yang terjadi di luar sana, Thea?"

"Penghancuran. Dengar. Tidurlah. Itu akan kau butuhkan, Tuanku. Jangan cemas. Raja Redrix telah memberikan perlindungan penuh di sekeliling rumah ini. Untuk sementara kita aman. Besok, kita akan melakukan perjalanan panjang kita. Sangat panjang."

"Thea, maukah kau melakukan sesuatu untukku?"

"Apa itu? Membacakan dongengmu lagi?"

"Bukan. Dongeng itu siap kujalani. Tolong, jangan panggil aku, Tuan Putri. Sebut saja namaku. Aku suka nama baruku. Sherin....," mataku terpejam. 

Tak ada kata- kata apa pun. Semua hening. Tak kudengar suara-suara mengerikan di luar sana. Besok adalah petualanganku. Besok, ceritaku, sebagai seorang puteri dimulai.

*Solo, kala cerita imaji mulai menggerayangi bumi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun