Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Kado Terindah] Cerpen Ini Buat Mami

7 Oktober 2019   08:08 Diperbarui: 7 Oktober 2019   08:25 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pixabay.com

Sudah seminggu ini Mami mengalami Hementesis Melena. Setiap kali Mami kesakitan, jemarinya mencengkeram kuat. Seakan tanganku ingin diajaknya untuk menikmati rasa sakit itu. Wajahnya menunjukkan raut muka kesakitan. 

Tapi malam ini ada yang aneh. Mami seperti begitu nyaman terlelap dalam tidur sopornya. Kupegang jemarinya pelan, begitu hangat tangan gendut yang mulai keriput itu. 

"Mam...malam ini aku tidur sama Mami, ya?" tanyaku tanpa menunggu atau pun membutuhkan jawaban Mami. 

Malam ini begitu hangat. Terasa sangat nyaman, meski di luar kamar hujan deras mencoba untuk membuyarkan malamku bersama Mami. 

Udara dingin dari pendingin ruangan di kamar Mami yang biasanya menyiksaku saat ini tak terasa dinginnya sama sekali, meski baru saja seorang perawat masuk dan memastikan suhu kamar dalam kondisi yang normal.

Dan entah darimana datangnya kehangatan yang saat itu membelenggu tubuhku. Sesaat aku merasa bak anak kecil yang datang dalam pelukan ibunya. Begitu hangat. Begitu nyaman. Hingga aku pun terlelap dalam tidur yang hanya sekejap.

Ya, aku segera tersadar. Jam dinding menunjukkan selang waktu 10 menit. Entah siapa yang membangunkanku. Tiba-tiba aku tersadar, dan kutemui Mami tak lagi bersuara, sama seperti tidur biasanya. 

"Mam....Mami...Mami...Mam..." kucoba mengguncang tubuh Mami. Mencubitnya. Seperti biasa. Namun Mami hanya terdiam. Kuraba nadi di pergelangan tangan dan lehernya. Aku tak menemukan denyut nadinya. Sama sekali tak ada. 

Tak sabar aku berlari ke ruang perawat jaga. Dan tak lama, beberapa perawat datang dengan mesin pemicu jantung. EKG dinyalakan. Tak lama kemudian dokter jaga pun datang. 

Aku tahu, mereka berjibaku dengan nyawa Mami. Aku tahu. Namun semesta membebankan ketakutan yang cukup besar dalam benakku. Tak ada seorang pun bersamaku malam ini. Tak ada.

Seluruh aliran darahku seakan berhenti. Tak ada satu hal pun yang terlintas dalam alam pikirku. Akhirnya dokter itu melangkah ke arahku, membawa beberapa daftar riwayat kesehatan Mami. Aku tahu, ada satu hal yang kutakutkan, yang akan disampaikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun