"Beri aku bantal," sahutnya lirih dan terbata saat Arjunaku berusaha memangkunya.
Werkudara segera mengambil beberapa gada yanghampir pecah milik para prajurit yang telah tewas. Lalu meletakkannya di bawah kepala Eyang Bisma.
"Inilah bantal ksatria, terimakasih Werkudara. Mari, berilah aku minum, aku haus," ucapnya diantara desah nafas yang tersengal.
Sebuah bisikan Sri Kresna membangkitkan suamiku, Arjuna meraih Pasupati miliknya dan mencelupkannya dalam air minum kuda perang, lalu meneteskannya bagi Sang Bisma.
"Terimakasih, Srikandi, dan kau Dewabrata, kalian berdua telah mengantarkanku kepada kebebasan. Aku tahu Amba telah menungguku lama. Teruskan perang ini," sekelumit kata yang disambut dengan pisahnya roh dan raga sang ksatria, penjaga kesucian ikrar demi bahagiakan kedua orang tuanya.
Aku melihat begitu banyak aneka warna bunga bertebaran dari nirwana, mengiringi kepulangan sang ksatria yang dijemput Dewi Amba pujaan hatinya, tuk ciptakan kembali asmara yang lama terpenjara oleh waktu dunia, menuju keabadian cinta.Â
*Solo, waktu sepi mengulum kata hati
Â