Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mari Terbangkan Kembali "Macapat" ke Mancanegara

26 Agustus 2019   08:08 Diperbarui: 27 Agustus 2019   17:13 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pixabay.com (diolah kembali oleh penulis)

Upaya bersama untuk melestarikan dan mewariskan budaya bangsa

Berbagai macam perlombaan dan festival seringkali digelar di kota kelahiran saya, Solo. Mulai dari perlombaan tembang macapat di kalangan anak-anak Sekolah Dasar, sampai dengan festival akbar bagi para pelaku seni di Jawa.

Seperti pada tanggal 23-24 Agustus 2019 kemarin, Pemkot Surakarta menghadirkan kembali ajang International Festival Gamelan (IGF) 2019 di Beteng Vastenburg, Surakarta. 

Dengan melibatkan beberapa seniman lokal dan internasional, diharapkan kegiatan ini dapat mengenalkan budaya Jawa dan sekaligus seni gamelan dan tembang Jawa kepada generasi muda Indonesia dan masyarakat internasional secara keseluruhan.

Sebagai salah satu pengusung budaya bangsa adalah Mantradisi. Jika kita pernah mendengar Kitaro, seniman Jepang yang melenggang di dunia internasional, maka meski belum setenar Kitaro, mungkin ini bibit unggul Indonesia yang harus Anda kenal. 

Mantradisi terdiri dari sekelompok anak muda asal Yogyakarta yang menyuguhkan kembali tembang-tembang macapat dalam balutan musik bertitinada diatonis. Lagu macapat yang dikombinasi dengan sentuhan musik kekinian mengusung ajaran leluhur telah dikemas secara epik.

Mungkin kontribusi Pemerintah dalam pengembangan citra lagu daerah di Indonesia di kancah dunia belum begitu besar, namun apa salahnya jika kita sebagai pemilik akar budaya bangsa memulainya dengan merawat dan mengembangkan budaya bangsa sendiri. 

Bila kita mencintai seseorang atau sesuatu pasti kita mau melakukan apa pun untuk yang kita cintai. Jika bukan kita, lalu siapa yang akan menerbangkan budaya ini ke negara manca? Siapa yang akan mewariskannya pada generasi mendatang? Akankah budaya luhur ini punah di tangan kita?

Saya terkesan dengan beberapa lagu daerah lain yang terkenal dan sempat dimainkan oleh beberapa orchestra di negara manca, bahkan dinyanyikan oleh anak-anak sekolah musik dalam bahasa lokal mereka.

Soleram (Riau) pernah dimainkan The Treemums Group di Praha, Potong Bebek Angsa (NTT) mengalun indah dalam Festival Paduan Suara Internasional Singapura oleh Paduan Suara Zechariah Goh, Anak Kambing Saya (NTT) dilagukan dalam bahasa Korea Utara oleh anak-anak sekolah musik Ryulgok, Pyongyang, Korea Utara, dan masih banyak lagi daerah lainnya.

Lalu pantaskah kita sebagai ahli waris bangsa ini kemudian mulai beranjak "pergi" menjauhi keluhuran harta negri ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun