Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Solo, Tampil Ayu di Mata UNESCO

22 Juli 2019   07:44 Diperbarui: 22 Juli 2019   07:45 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak F.X Hadi Rudyatmo melepas Kirab Budaya Kelurahan Sriwedari (Dok.pri)

Keunikan dapat kita jumpai di setiap Kelurahan, karena memang di setiap wilayah Kota Solo mempunyai keunikan tersendiri. Mulai dari hal makanan, hingga tempat-tempat bersejarah yang tak kalah menarik untuk dikunjungi.

Di Kelurahan Sriwedari, misalnya. Dapat kita lihat dari sisi geografis Kelurahan Sriwedari, diamana terdapat berbagai tempat bersejarah yang memanjakan kita pada sejarah budaya bangsa. 

Taman Sriwedari dulu merupakan Kebon Rojo ( Taman Raja ). Kemudian dalam perkembangannya, oleh Pemkot dijadikan sebagai salah satu ikon Kota Solo, tempat dimana berbagai budaya ditampilkan. Ada seni tari, taman hiburan masyarakat, komunitas jumparingan (seni memanah Jawa), wayang orang, dan masih banyak lagi kegiatan budaya yang seringkali dipusatkan di Taman Sriwedari.

Maka tak ayal lagi, jika sebagian besar masyarakat Kelurahan Sriwedari sangat menggumuli kearifan budaya Jawa. Hmmm, menarik, bukan?

Ada dua museum ternama yang mulai dipercantik kembali di Taman Sriwedari ini, Museum Keris Surakarta dan Museum Radyapustaka.

Pawai Kirab Budaya Surakarta Kelurahan Sriwedari

pasukan Keraton Kasunanan Surakarta (dok.pri)
pasukan Keraton Kasunanan Surakarta (dok.pri)

Dari sekian banyak Kelurahan di Surakarta, saya berkesempatan untuk melihat pawai unik di sudut kota Solo tempat para Raja Surakarta jaman dahulu beristirahat. 

Keistimewaan dari pawai yang dipersembahkan oleh Kelurahan Sriwedari ini adalah turut sertanya 7 pasukan Bergodo Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Tujuh Bergodo Prajurit ini terdiri dari Bergodo Musik sang pemberi aba-aba, Tamtama sebagai panglima perang kerajaan, Prawiro Anom sebagai pengawal Putra Mahkota, Jayasura lengkap dengan pedangnya, Doropati sebagai pasukan penyedia logistik pasukan, Jayeng Astro menyiapkan persenjataan prajurit, dan Sorogeni sebagai pasukan pamungkas.

"Di sini kami hanya membawa 80 personil saja, mengingat panjangnya barisan dalam pawai yang kami perhitungkan," kata KRMH Suryo Kusumo Wibawa sebagai wakil dari pihak Keraton Surakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun