Mohon tunggu...
Ayu Diahastuti
Ayu Diahastuti Mohon Tunggu... Lainnya - an ordinary people

ordinary people

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Semar Mendem, Makanan Sarat Filsafat yang Bermartabat

14 Juli 2019   11:23 Diperbarui: 14 Juli 2019   11:31 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Pinterest.com/Sangaji Pramono

Semar dalam kearifan dan perjuangan akan kebenaran

Semar dalam pewayangan Jawa adalah sosok titisan dewa yang seringkali mengajarkan segala hal yang membawa pencerahan bagi semua orang di sekitarnya. 

Dilambangkan sebagai seorang nan arif, Semar sering dijadikan panutan dengan semua kritik dan kebenaran sebagai masukan kepada pemimpin yang penuh dengan kekuasaan. Sedangkan "mendem" dalam bahasa Jawa berarti (mabuk).

Semar dalam bermacam literasi juga digambarkan sebagai karakter dewa yang pada awalnya berlomba dengan Togog, untuk membuktikan seberapa besar kedigdayaan mereka. 

Sebagai sesama dewa mereka berlomba untuk memakan gunung. Sebagai akibatnya, mereka berdua lantas dihukum untuk turun ke dunia sebagai pelayan di dua kerajaan yang berbeda.

Semar sebagai pelayan berani untuk memberi masukan berupa kebenaran kepada majikannya, para Pandawa. Meski terkadang usulannya tak selalu disepakati oleh sang majikan.

Lantas bagaimana dengan negri ini?

Pun kita bangsa Indonesia telah selesai dari perhelatan akbar dalam panggung politik negri ini. Telah terpilih bagi Indonesia  pribadi-pribadi yang nantinya akan menduduki kursi hangat nan empuk, nyaman dan nikmat, dengan segala fasilitas yang tersedia.

Kursi sebagai lambang tugas negara yang ada di pundak dan dada para negarawan baik kursi dengan sebutan " eksekutif", "yudikatif", maupun "legislatif".

Tidak perlu dijelaskan lagi secara terperinci setiap tugas mereka. Yang pasti semua berharap, segala fasilitas dan kemolekan, serta kemilau adat budaya yang mungkin akan merubah gaya hidup para wakil rakyat ini, tak akan membuat mereka mabuk kepayang.

Tugas negara menanti, bukan perubahan budaya dan gaya hidup mewah yang dinanti. Satu kata saja yang pasti, komitmen dan realisasi janji.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun