Mohon tunggu...
Diah Kusumastuti
Diah Kusumastuti Mohon Tunggu... Administrasi - Mom blogger

Mom blogger with 5 kids. Aktif menulis di www.dekamuslim.com.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Embun-embun Kecil di Ramadanku

9 April 2023   23:02 Diperbarui: 9 April 2023   23:49 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal Ramadan kemarin tampaknya saya belum bisa menyesuaikan diri dengan rutinitas baru di bulan suci ini. Sehingga beberapa hal yang tidak diharapkan terjadi. Dari soal fisik hingga mood yang kadang sangat buruk. 

Di awal Ramadan saya sempat beberapa kali merasakan kepala pusing sekali, yang kemudian saya tahu bahwa saya kekurangan cairan dan asupan makanan sumber energi. Lalu sebagai ibu menyusui dan mengurus anak-anak kecil, memasak menu sahur dan berbuka, juga mengerjakan urusan rumah tangga yang lain setiap hari, saya seringkali kecapekan.

Pernah suatu pagi jelang siang, saat hendak menjemput anak-anak sekolah, saya merasa sedih karena puasa saya "kok gini amat". Enggak bisa khusyuk beribadah tapi malah kecapekan mengerjakan ini dan itu.

Kemudian baru beberapa detik saya menjalankan sepeda motor, saya berpapasan dengan tetangga jauh yang sedang jalan kaki. Tampaknya beliau dan cucu balitanya itu hendak ke rumah saudara yang rumahnya di sebelah rumah saya.

Begitu tatapan kami beradu, beliau tersenyum lebar, senyum lepas yang sumringah. Lalu entah kenapa, hati ini rasanya "maknyesss..". Bahagia!

Saya seperti diingatkan, mbok yao.. jalani saja semua aktivitas kita dengan suka cita. Tersenyumlah. Senyum lepas seperti tetangga itu! Dan betapa sebuah senyum benar-benar dapat menularkan energi positif yang luar biasa!

Pernah juga di lain hari, sejak pagi emosi saya seperti diaduk-aduk. Anak-anak kok rasanya susah sekali diatur. Disuruh mandi dan bersiap-siap untuk ke sekolah tapi adaaa saja yang bikin kesal dan jam terasa begitu cepat berjalan. Sudah mau terlambat! 

Belum lagi si anak bayi yang selalu menangis jika ditinggal sebentarrr saja. Rasanya tak mau mengeluh tapi emosi juga ingin dikeluarkan biar enggak terpendam dan jadi gunung es. Hehe.

Lalu lagi-lagi ketika hendak menjemput anak, saya melihat (atau diperlihatkan?) seorang ibu dan anak kecil mengamen di depan sebuah rumah. Si anak tampak joget-joget sebisanya sementara si ibu mengayun-ayunkan kecrekan dari tutup-tutup botol yang apa adanya itu.

Seketika "makjkebb" rasanya. Miris saya melihatnya. Sekaligus introspeksi diri. "Hei, kamu sudah diberi nikmat sedemikian rupa, tak perlu mengamen seperti mereka untuk mencari rezeki demi sesuap nasi atau untuk membeli makanan berbuka puasa. Anak-anakmu tak perlu berjoget-joget seperti itu, tak perlu menahan malu. Tapi kenapa kamu terus berkeluh kesah?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun