Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Peringatan 100 Tahun A A Navis

30 November 2024   15:00 Diperbarui: 30 November 2024   15:47 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Badan bahasa mengadakan pameran di perpusnas RI memperingati 100 tahun perjalanan karier sastrawan A.A Navis.

Ali Akbar Navis (lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 17 November 1924 – meninggal di Padang, 22 Maret 2003) adalah seorang sastrawan, budayawan, dan seniman asal Indonesia yang dikenal luas melalui karya-karyanya yang kritis dan satir. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah cerpen berjudul "Robohnya Surau Kami", yang pertama kali dimuat dalam majalah Sastra pada tahun 1955. Cerpen ini memberikan pandangan mendalam tentang kemunduran nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan masyarakat.

Kehidupan dan Pendidikan

Ali Akbar Navis, yang akrab dipanggil A.A. Navis, menempuh pendidikan dasar dan menengah di Sumatera Barat. Ia kemudian melanjutkan ke Akademi Bahasa dan Seni Indonesia (sekarang Institut Seni Indonesia) di Yogyakarta.

Sebagai seorang sastrawan, Navis dikenal memiliki pandangan yang tajam terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat Indonesia, terutama di ranah Minangkabau. Ia sering mengkritik berbagai persoalan melalui tulisan yang satir namun penuh makna.

Karier dan Karya

Navis adalah penulis produktif yang menghasilkan berbagai karya sastra, baik berupa cerpen, novel, esai, maupun naskah drama. Beberapa karya pentingnya meliputi:

1. Cerpen "Robohnya Surau Kami" (1955): Menggambarkan dilema moral dan religius dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

2. Hujan Panas (novel, 1964): Novel yang menggambarkan konflik budaya dan modernitas.

3. Bianglala (kumpulan cerpen, 1970): Memuat berbagai cerpen dengan tema sosial dan humanis.

4. Alam Terkembang Jadi Guru (esai, 1984): Menyajikan refleksi budaya dan pendidikan dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun