Mohon tunggu...
Diah Asih Sukesi
Diah Asih Sukesi Mohon Tunggu... Administrasi - Hobby Menulis, Travelling, Masak jika mau

Pegawai Menikah dan memiliki 3 orang anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guruku adalah Guru Kehidupan

25 November 2021   08:25 Diperbarui: 25 November 2021   16:24 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guruku adalah Guru kehidupan

Ketika mendengar lagu Oemar Bakri yang dinyanyikan oleh Iwan Fals di sebuah stasiun Televisi mengingatkanku akan kisah2 para guru yang ada di negeri, bersepeda onthel, berkacamata, berbusana sederhana lengkap dengan tas lusuh dan tua tetapi mereka tetap bersemangat untuk mendidik generasi emas Indonesia. 

Berapa banyak guru yang bisa memenuhi kebutuhan fisik minimumnya jadi gambaran cerita di lagu Oemar Bakri itu benar adanya, sehingga menjadi guru bukan impian para anak milenial zaman sekarang.

Ketika saya banyak berkeliling memberikan materi ke pelosok negeri guru yang sejahtera bisa dihitung dengan jari, bagaimana ingin meningkatkan kompetensi sedangkan periuk nasi belum bisa terisi untung ada budi baik orang tua istri yang berkenan menopang kehidupannya kini, tapi tahun 2 berganti jumlah penghunipun bertambah hingga para guru pun harus kreatif untuk mencukupi kehidupannya ada yang bercocok tanam hingga ojek pengkolan.

Profesi guru saat ini memang diminati tapi bukan lagi menjadi cita-cita yang prioritas lagi dan bukan orang-orang yang ingin bekerja dari hati karena kebijakan yang tak mendukung guru bisa berbakti untuk negeri.

Saat ini ada perubahan paradigma menjadi guru hanyalah profesi di nomor sekian yang akan dipilih, katanya begitu susah untuk ikut seleksi, bahkan setelah luluspun masih dibebani dokumen segunung sebagai syarat administrasi sehingga untuk berpikir materi untuk peserta didik sudah tak punya energi lagi.

Tapi kini rezim berganti pengajuan dokumen berbasis aplikasi, melamarpun bisa seleksi murni, pemerintah mulai memperhatikan kebutuhan para guru termasuk kompetensi guru. Konsep merdeka belajar memberikan kesempatan para guru untuk berekspresi , pemberian penilaianpun jadi kewenangan sekolah , kurikulum  satu lembar yang akan jadi pelengkap dokumen diri. Mencari sumber belajarpun mudah asalkan kuota terisi dan jaringan tertambat di wilayah mereka berdiri.

Guru ini jadi incaran kaum milenial yang ingin berbhakti untuk negeri bahkan dengan adanya program Kampus Mengajar banyak mahasiswa berprestasi ikut mengajar karena ada kompensasi dan akumulasi sks untuk mempercepat selesainya kuliahnya. Sehingga untuk wilayah yang kekurangan guru bisa jadi solusi termasuk menjalin partisipasi masyarakat. Departemen Keuanganpun membuka para relawan di lingkungannya untuk mengikuti program mengajar dengan mengikuti program kelas inspirasi.

Dengan konsep merdeka belajar guru bisa didatangkan dari berbagai kalangan atau profesi karena anak-anak kita berkembang sesuai bakat dan minatnya dan keahlian life skil yang perlu diasah sehingga perlu dihadirkan para guru kehidupan di kelasnya, contoh ketika bakat anak tersebut memasak maka koki profesional yang harus dihadirkan, anak berbakat seni, maka guru seni yang dihadirkan di kelasnya, anak hobbynya menulis maja perlu dihadirkan guru yang menguasai dunia tulis menulis dsb.

Bangun komunikasi dan Kerjasama antar berbagai pihak agar guru kehidupan bisa hadir di sekolah kita sesuai dengan kompetensi siswa dan kurikulum didesain berbasis aplikasi sehingga memudahkan para pengguna untuk merancang desain pembelajaran

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun