Ada beberapa point yang bisa penulis ambil yaitu :
Pemerintah bisa berkoordinasi dengan pemda setempat untuk memulai untuk membuat sekolah yang berbasis pada kehidupan artinya berbasis pada bakat anak dan kekuatan lokal yang dimiliki di wilayah tersebut.
-
Tidak mengizinkan untuk pembukaan lahan diganti dengan budidaya sawit karena pohon sawit terkenal dengan pohon yang tidak ramah lingkungan, yaitu cenderung mengeringkan tanah.
Bertani dengan menggunakan pupuk organik sehingga makanan yang dihasilkan sehat alami.
Belajar dengan alam indonesia akan bisa besar karena anak-anak sedari kecil dikenalkan bagaimana dia harus menjaga dan memgembangkan serta mencitai keanekaragaman hayati yang dimiliki negeri ini, agar ketika menjadi pemimpin tak mudah tergiur dengan iming-iming duniawi.
Kurikulum perlu disusun dengan lebih impilkatif dan menyesuaikan untuk menyelesaikan sebuah sokusi yang terjadi diwilayah tersebut, contoh jika disana terkenal dengan sentra anggrek maka sekolah mendidik anak-anak untuk mengembangkam budidaya anggrek.
Sekolah hijau sebagai sentra ketahanan pangan penduduk di wilayah tersebut, tak ada kata terlambat jika kita bergerak serentak.
Sekolah hijau bisa melibatkan komunitas setempat jika lahan terbatas bisa bekerjasama dengan dinas pertanian dan tokoh masyarakat serta komunitas yang ingin dilibatkan.
Belajar dari pandemi, semoga sekolah hijau atau alam bisa jadi sebuah rekomendasi untuk dikembangkan sebagai sekolah-sekolah yang memfasilitasi bakat anak dan ramah lingkungan.
Depok, 20 Agustus 2021