Mohon tunggu...
Diah Artifah
Diah Artifah Mohon Tunggu... -

Reading lovers :*

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Manekin

8 Agustus 2014   19:14 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14074747562112254061

[caption id="" align="aligncenter" width="300" caption="Merdeka.com"][/caption]

Sudah selesai gaunnya Jun?”. Ucap wanita muda itu dengan lemah lembut.

“Masih banyak detail yang harus aku rapikan Nat”. Lelaki muda yang ditanya pun menjawab dengan senyum manis yang tersungging dibibirnya, lalu tenggelam lagi dalam kesibukannya menjahit gaun putih itu.

Si wanita muda itu bernama Natasya Rindianita, dan lelaki yang kini kembali kedunianya itu adalah Juno Hermawan. Mereka adalah pasangan yang sudah lama menjalin kasih, keduanya saling mencintai dan mengerti satu sama lain. Nata, nama panggilan Natasya, sangat mengerti dengan sifat pasangannya yang kadang bisa menjadi kasar, namun Nata tahu kalau Juno sangat mencintainya.

“Sayang, aku pulang dulu ya.. ada kerjaan yang mau aku selesaikan juga. Kamu jangan lupa loh ya istirahat, jangan gila kerja.. nanti sakit. I don’t wanna lose you, Baby”.

“I know, Baby”. Bisik Juno tepat ditelinga Nata yang membuat Nata merasa geli.

“Hehe, geli tau Jun, yaudah aku pulang ya.. bye”.

Sepeninggal Nata, Juno sibuk kembali dengan pekerjaannya, mendesain dan menjahit gaun-gaun yang indah untuk para pemesan setianya.

****

“Arrrggg, bayangan itu lagi, kenapa bayangan saat Rasya meninggalkanku selalu hadir di sela-sela waktuku”Umpat Juno, Bayangan itu hadir lagi, bayangan yang selalu ia coba lupakan. Bayangan saat Rasya (mantan kekasihnya) meninggalkannya.

Juno berjalan meninggalkan meja desainnya, melangkah menuju laci disamping ranjang tidurnya. Laci yang selalu ia kunci, laci yang berisi botol-botol obat yang tidak seorangpun tau, termasuk Nata. Juno pun mengambil beberapa butir pil berwarna putih itu, ia pun meminumnya langsung.

“Nata gak akan ninggalin aku”. Lirihnya sambil memandangi fotonya berdua dengan Nata yang selalu ia simpan di laci meja kerjanya.

Ketakutan itu datang lagi, ketakutan yang selalu datang setelah bayangan itu datang, Ketakutan bahwa Nata akan meninggalkannya seperti Rasya meninggalkannya.

“Apa yang harus aku lakukan supaya kamu bisa abadi sama aku, Nat?”

Belum ia mendapat jawaban dari pertanyaannya, ia sudah terjatuh tidur. Pil itu sudah bekerja menenangkan dirinya. Pil itu adalah pil yang selalu ia minum ketika ia pikiran dan hatinya penuh dengan ketakutan akan sesuatu. Dulu, pil itupun yang menjadi saksi bagaimana Juno hancur setelah Rasya meninggalkannya, pil itupun yang membuat Juno hampir kehilangan nyawanya karena terlalu banyak meminumnya. Ketika kini, Juno sudah bersama Nata, pil itu pun akan menjadi saksi bagaimana Juno membuat Nata abadi bersamanya selamanya.

***

Siang itu, Nata berkunjung ke tempat tinggal Juno, ia ingin memastikan keadaan Juno, kekasihnya. Nata pun meraba-raba pintu bagian atas tempat tinggal Juno, tempat dimana Juno meletakkan kunci ketika ia pergi.

“Huhh, berantakan sekali”. Desah Nata sembari menyisir pandangannya ke semua ruangan yang berantakan itu. Bekas kain, kertas pola, benang masih banyak yang tergeletak di lantai, tanpa sedikitpun terkena pembersihan.

memungut sampah-sampah besar. Namun, kini perhatiannya tertuju pada pil putih yang berserakan di atas meja kerja Juno. Nata pun mengambil pil-pil itu dan mencium baunya.



Nata pun berjalan mengelilingi ruangan itu sembari

“Bau obat apa ini? Juno, kamu sakit apa?”. Ucap Nata resah. Kekhawatiran itu terdengar dari desahannya dan raut wajahnya yang berubah serius.

Nata pun meninggalkan pil-pil itu di plastik yang ia bawa dari rumah untuk membersihkan kotoran di tempat tinggal Juno. Nata mencoba berpikir baik pil-pil yang ia temukan itu adalah vitamin-vitamin yang Juno minum agar tidak sakit. Nata pun kembali menyisiri sudut ruangan itu, mata Nata terpaku pada kotak berwarna ungu, berhias pita yang tergeletak dibangku di ujung ruangan.

“Apa ini? Hadiah? Untukku?”. Ucap Nata sembari perlahan jari lentiknya membuka penutup kotak itu.

Namun, sebelum Nata melihat isi dari kotak itu. Juno terlebih dahulu datang dan langsung mengambil kotak itu dari tangan Nata. Nata mencoba merebut kotak itu karena ia sangat penasaran dengan isinya, Juno pun berusaha menyembunyikan kotak itu agar tidak tergapai oleh Nata. Nata yang sangat penasaran, mencoba keras untuk mengambil kotak itu hingga ia menarik-narik baju Juno untuk mendapatkan kotak itu.

“Sudah ku bilang, kau tidak boleh melihat isi kotak ini !”. Bentak Juno sambil mendorong tubuh Nata menjauh hingga Nata jatuh akibat dorongan Juno yang terlalu keras.

Nata pun hanya diam dan bergerak ke sisi sofa yang berada di tengah ruangan itu. Sambil memegangi tangannya yang kesakitan akibat jatuh tadi. Juno pun memperhatikan Nata, menyesali perbuatannya. Dari mulut Juno, tak keluar sepatah kata pun walaupun ia sangat ingin berkata sesuatu.

“Maafkan aku, Nat”.

***

Malam itu Juno sangat resah, ia sudah berkali-kali menelepon dan mengirimi Nata pesan namun tak ada satupun yang dibalas oleh Nata.

“Nata tak biasanya begini, kamu kenapa Nat? Masih marah sama aku? Arrrgggh.. “.

Tintong...

Bel tempat tinggal Juno berbunyi

“Apa anda tuan Juno?.”tanya lelaki paruh baya yang Juno tak mengenalnya.

“Ya, ada apa ya? Anda siapa?”.

“Saya hanya mengantarkan ini, surat dari seorang wanita, ia tadi meminta tolong padaku”.

“Ohya terimakasih”.

Juno pun langsung membaca nama yang tertera di sisi amplop berwarna biru itu, warna biru adalah warna kesukaan Nata dan Juno. Surat itu dari Nata, dengan rasa penasaran Juno cepat-cepat merobek amplop itu dan membaca isi suratnya.

Dear myJuno,

Aku tahu kamu pasti mencari aku, aku tahu pasti kamu mengkhawatirkan aku..

Tapi tenanglah Jun, aku hanya ingin menenangkan hatiku, pikiran, dan jiwaku

Karena peristiwa kemarin.

Jangan cari aku Jun ..

Nata

“Apa maksudnya ini?”. Bentak Juno setelah membaca surat itu.

Juno meremas dan melempar surat itu, ia kelihatan sangat marah. Ia tak habis pikir dengan apa yang dilakukan Nata, bukankah Nata sudah mengetahui sifatnya ini? Sifatnya yang suka berubah-ubah, sifatnya yang kadang kasar, kadang baik. Tapi kenapa sekarang?

Juno merasa sangat kesal dan marah pada Nata, ia tak mengerti dengan jalan pikiran Nata. Juno pun meluapkan kemarahannya dengan melemparkan barang-barang di ruangan itu, melemparkan bantal, guling, dan bed covernya kemana saja ia suka. Ruangan itu sekarang benar-benar seperti kapal pecah, semua barang berserakan, kecuali gaun-gaun hasil buatannya. Juno tidak akan menodai atau membuat cacat sedikitpun gaun-gaun buatannya yang terpajang di manekin-manekin itu, ia ingin selamanya dengan gaun buatannya, gaun buatannya tidak akan pernah meninggalkannya, dan ia ingin Nata seperti itu. Nata menjadi seperti manekin yang dihiasi gaun-gaunnya. Diam dan selalu setia bersamanya.

***

Tok tok tok

Juno yang baru bangun dari tidurnya segera membukakan pintunya yang diketuk oleh seseorang.

“Nata?”.

“Ya ini aku, maaf membuatmu khawatir Jun”.

“Masuk dan duduklah, akan ku buatkan susu untukmu”.Ucap Juno dingin.

Nata pun segera duduk di sofa sambil memperhatikan gaun-gaun yang dipakai oleh manekin-manekin itu. Ruangan ini tetap sama, sama seperti beberapa hari lalu sebelum ia meninggalkannya. Kertas-kertas, debu-debu, dan kotorannya masih sama.

Sementara di dapur, Juno membuatkan Nata segelas susu hangat. Namun, bayangan itu datang kembali, bayangan Rasya yang meninggalkannya, bayangan ketika ia merasa jatuh, depresi, dan sakit hati. Ia tak mau itu terjadi lagi, ia tak mau Nata seperti Rasya. Ia mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya, sebuah pil berwarna merah yang sudah ia letakkan di kantungnya semalam.

“Ini bukan pil yang berbahaya untukmu, Nat. Ini hanya akan membuat kamu tidur selamanya, selamanya kamu akan bersamaku, kamu akan dipelukanku, kamu gak akan ninggalin aku.  Pasti kamu senang juga kan bersamaku?”.

Juno pun memasukkan beberapa pil merah itu kedalam susu Nata, ia mengaduk-aduk susu itu hingga tidak ada lagi pil yang masih menggumpal. Setelah ia rasa cukup, ia bergegas ke ruang tamu untuk memberikannya pada Nata.

“Ini susunya, kamu habisin Nat”.

“Makasih ya Jun, maaf kmrin aku pergi”.

“Gak usah dibahas lagi ya, sekarang minum supaya kamu bisa istirahat”.

Tak lama setelah Nata meminum habis susu itu, Nata pun tertidur, desah nafasnya masih terasa. Namun, sejam kemudian desah nafasnya menghilang, detak jantungnya tak terdenngar, denyut nadinya sudah tak dapat terasa. Nata telah tidur, tidur untuk selamanya. Tanpa ia mengetahui sesuatu yang terkandung di minuman itu, tanpa ia tahu Juno yang menginginkannya dengan alasan yang aneh, alasan yang selalu menjadi pembenaran Juno melakukannya. Alasan itu adalah cinta abadi.

***

Kini Juno dapat setiap saat melihat dan menyentuh Nata, tanpa takut Nata pergi meninggalkannya. Kini Nata sudah terlihat cantik dengan gaun putih pengantin yang membingkai tubuhnya yang dingin dan kaku. Nata berdiri tegak di deretan manekin-manekin koleksi Juno.

“Kita gak akan berpisah sayang, gak akan”. Ucap Juno sambil memeluk tubuh Nata yang kini berdiri kaku.

The goodbye trickles down your cheeks like blood

Your lips asking why is so sad

No, don’t come, don’t make that face

Just pass by me

I was lonely everyday

From protecting you

I’m sorry for painful times

I won’t lose you again

Come into my arms now

(Lyn ft Leo VIXX, Blossom Tears)

Diah Artifah, Jurusan Bahasa Inggris STBA LIA, Penerima Beasiswa Unggulan 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun