Mohon tunggu...
Diagram Amalia
Diagram Amalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang sedang mencari ilmu

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

RIYANTO, PAHLAWAN KEMANUSIAAN BINTANG DI MALAM NATAL DAN RAMADHAN

5 Mei 2023   19:35 Diperbarui: 9 Mei 2023   06:50 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.nu.or.id/nasional/harlah-ke-87-ansor-marjinal-persembahkan-lagu-berjudul-riyanto-dan-banser-gphcR

Oleh DIAGRAM FUZZY AMALIA

Setiap malam natal, masyarakat Mojokerto khususnya yang beragama islam dan kristen selalu mengenang sosok pahlawan yang sangat mencerminkan sikap toleransi ini, yaitu Riyanto. Keberadaan Riyanto bagaikan sebuah bintang yang menerangi cahaya toleransi, ia merelakan nyawanya demi menyelamatkan jemaat Gereja Eben Haezer.

Riyanto adalah putra sulung dari pasangan suami-istri, Sukarmin dan Katinem, sosok pahlawan yang lahir di Kota Kediri pada tanggal 19 Oktober 1975 dan jasanya yang akan selalu dikenang masyarakat Mojokerto. Ia berprofesi sebagai kuli timbang dan juga aktif sebagai anggota banser NU. Setelah pulang kerja, Riyanto makan siang bersama ibunya sambil berbincang bahwa ia ingin menjadi tentara. Alasan yang ia sampaikan sangat mulia, yaitu ia ingin mengabdi pada negara dan apabila ia mati di medan perang maka ia akan mati syahid membela bangsa dan negaranya sehingga akan banyak orang yang mendoakannya. 

Penjagaan di gereja dianggap sangat penting setelah melihat sejumlah teror yang terjadi. Pada 1 Agustus misalnya, sebuah bom meledak di Kantor Kedutaan Besar Filipina di Jakarta. Berselang sebulan, tepatnya 13 September, bom meledak di lantai parkir Bursa Efek Jakarta.

Pada malam natal tanggal 24 Desember 2000, bertepatan juga dengan malam ramadhan hari ke-28. Riyanto berpamitan kepada ibunya, Katinem, untuk menjaga dan juga melaksanakan buka puasa di Gereja Eben Hazer, Mojokerto bersama rekan banser lainnya. Ia meminta izin juga untuk tidak pulang ke rumah dikarenakan ia ingin beriktikaf setelah selesai tugas menjaga gereja di Masjid Agung Mojokerto karena kebetulan lokasinya tidak cukup jauh dengan gereja tersebut. 

Saat adzan magrib berkumandang para anggota banser yang berjaga di gereja tersebut berbuka bersama serta melaksanakan salat magrib secara bergantian. Setelah berbuka puasa dan salat, ia bergegas kembali menjaga keamanan gereja bersama rekannya dan beberapa anggota polisi.

Tepat pada pukul 19.45, jemaat Gereja Eben Haezer menemukan sebuah kado dan kresek hitam berisi sesuatu yang berada di bawah telepon umum. Ia bergegas memberikannya kepada anggota banser yang berada di luar masjid dan kebetulan riyanto serta 2 rekannnya sedang berjaga. Riyanto menerima kresek tersebut dan segera memberikannya kepada polisi yang bertugas, yaitu (Aiptu Agus Prayitno Handoko). Saat kresek tersebut dibuka ternyata isinya adalah bom, polisi tersebut meminta semua orang untuk menjauh dan tiarap, tetapi Riyanto memutuskan untuk mengambil kresek hitam tersebut dan berlari membuang bom itu terlebih dahulu agar tidak menimbulkan banyak korban jiwa. 

Semua orang yang berada disitu berteriak agar Riyanto meletakkan bom tersebut dan berlari, tetapi ia tidak mendengarkannya. Riyanto meletakkan bom tersebut di bawah selokan agar tidak menimbulkan ledakan yang besar. Sayangnya, bom tersebut konslet dan meledak sebelum Riyanto berlari menjauh dan nyawanya lah yang menjadi taruhannya. Menurut keterangan saksi, tubuhnya terpental sejauh 30 meter dari lokasi ledakan tersebut. Sementara, terdapat petugas lain yang juga mengalami luka sobek akibat serpihan dari ledakan tersebut. 

Sejak saat itu, nama Riyanto diabadikan menjadi nama sebuah jalan di Kecamatan Prajuritkulon dan juga Pemerintah Kota Mojokerto membuat gapura besar pada jalan tersebut untuk mengenang jasanya, tidak hanya itu setiap tanggal 24 Desember masyarakat Mojokerto khususnya jemaat Gereja Eben Haezer mengirimkan doa untuk Riyanto pada malam misa Natal. 

Tidak hanya itu, pihak Gereja Eben Haezer juga selalu memberikan donasi sebagai bentuk balas budinya. Bahkan, adik dari mendiang Riyanto diberikan beasiswa dari sd sampai lulus S1 oleh pihak gereja. Selain pihak gereja, presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid atau yang sering kita sebut sebagai Gusdur, juga mendatangi kediaman Riyanto di Mojokerto dan memberikan bantuan untuk keluarganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun