Mohon tunggu...
Dhonnie Opang
Dhonnie Opang Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

this life is a gift given by God

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dimensi Waktu

4 Juli 2022   09:54 Diperbarui: 4 Juli 2022   10:02 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rintih ku, meniti takdir tanpamu.
Bukannya tak ikhlas,
Aku hanya tak lagi bisa menahan,
Entah air mata yang mengalir dengan deras,
Atau gejolak dada yang semakin menyesakkan.
Seiring berjalannya waktu,
Aku mencoba merelakan kepergianmu,
Berdamai dengan keadaan,
Mencoba menerima kenyataan,
Bahwa kamu tak lagi ada disisi,
Untuk sekedar menemani,
Berbagi cerita,
Entah tangis maupun tawa.
Rindu, iya,Itu yang setiap hari ku rasakan,
Bayangmu seolah melekat kuat dalam ingatan,
Bagaimana caramu tertawa,
Kamu yang khawatir saat aku terluka,
Dan semuanya tentang kamu, seolah masih hidup dalam rumah ini.
Bukannya aku tak menerima,
Aku mencoba menenangkan hatiku,
Ini adalah bagian dari skenario Tuhan untukku, dan dirimu.
Aku tau, Tuhan terlalu menyayangimu,
Sampai Tuhan memintamu menemuinya lebih dulu,
Karena Tuhan tak mau, kamu merasakan sakit lagi.
Raga mu terlalu tinggi untuk ku rengkuh,
Jarak yang memisahkan kita teramatlah jauh,
Kini, dimensi kita berbeda,
Kamu bisa melihat ku, namun aku tak bisa melakukannya,
Hanya bisa sekedar merasakannya.
Rindu ini seakan membunuh,
Terus hidup dan tumbuh semakin angkuh,
Sialnya, hanya air mata yang ku pilih jadi penawarnya,
Meski tak berasa, sekalipun sama saja.
Aku hanya bisa sebatas mendo'akanmu,
Dengan linangan air mata yang menjadi-jadi,
Rasa pengap yang berapi-api,
Aku berharap saat ini kamu tengah mengawasi ku,Bersama Tuhan, disisi-Nya, ditempat yang paling terbaik.

Aku rindu,
Hadirmu masih ku nanti, meski hanya sekelebat hadir dalam mimpi.

Baca juga: Embun Pagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun