Mohon tunggu...
Rahmadhona
Rahmadhona Mohon Tunggu... Administrasi - International Affairs Graduate

"and one day, a girl with book will the girl writing them.."

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Peta Persekutuan dalam Konflik Nuklir Iran di Timur Tengah

25 Mei 2019   14:32 Diperbarui: 25 Mei 2019   18:38 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.bbc.com/indonesia/dunia-42036425

Ketegangan kembali terjadi akhir-akhir ini di Timur Tengah antara Iran dan Amerika Serikat. Kedua negara sama-sama saling melemparkan ancaman yang membuat negara-negara sekitar dan Eropa khawatir.

Berawal dari keluarnya Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Donald Trump dari Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) yang merupakan perjanjian pembatasan aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran. JCPOA merupakan perjanjian antara Iran dengan lima negara anggota Dewan Keamanan Tetap PBB (Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Rusia dan China) dan Uni Eropa yang diwakili oleh Jerman atau biasanya disebut P5+1. Perjanjian ini ditandatangani pada 14 Juli 2015 di Wina.

Trump memutuskan secara sepihak keluar dari JCPOA pada 8 Mei 2018 dengan alasan yang terlihat dibuat-buat. Trump beralasan bahwa JCPOA tidak menyinggung soal program rudal balistik/misil, tidak membahas tentang apa yang akan terjadi dengan aktivitas nuklir Iran ketika JCPOA berakhir pada tahun 2025 dan tidak membahas terkait peran Iran dalam konflik di Yaman dan Suriah. Trump mengatakan akan melanjutkan sanksi-sanksi ekonomi tingkat tinggi kepada Iran. Hal ini sangat disayangkan oleh Iran dan negara P5+1 yang berkomitmen untuk tetap menghargai hasil perjanjian JCPOA.

Dalam hal perseteruan Amerika Serikat dan Iran ini, negara-negara di kawasan cenderung lebih memilih bersekutu dengan Amerika Serikat daripada Iran. Hal ini semakin memudahkan Amerika Serikat dalam mendistribusikan kekuatan militernya di kawasan untuk menyudutkan Iran. Mengapa negara-negara di kawasan Timur Tengah justru lebih cenderung bersekutu dengan Amerika Serikat?

Jika membahas tentang peta konflik dan peta politik di Timur Tengah, kita tidak bisa hanya melihat dari apa yang ada di permukaan karena di kawasan ini kepentingan negara-negara kawasan dengan negara-negara di luar kawasan bercampur dan saling bersinggungan. Kita harus memahami 'tangan-tangan' yang tidak terlihat yang sebenarnya justru memainkan peran penting dalam kepentingan di kawasan Timur Tengah.

Kawasan Timur Tengah merupakan kawasan dengan SDA utama terbanyak yang dibutuhkan seluruh dunia yaitu minyak dan gas alam. Negara-negara adidaya akan berusaha terus untuk mengontrol dan mengendalikan SDA tersebut. Sistem pemerintahan yang lebih banyak otoriter daripada demokrasi di kawasan Timur Tengah justru sebenarnya membuat negara-negara adidaya ini kesulitan dalam menguasai SDA tersebut.

Akhirnya, paham-paham demokrasi didoktrinkan terutama kepada kaum muda dan membuat seakan-akan demokrasi adalah sistem pemerintahan terbaik untuk semua negara, yang pada nyatanya tidak. Dengan dalih 'membantu rakyat lepas dari rezim otoriter' negara-negara adidaya ini memulai perang di negara-negara Timur Tengah. Disitulah kesempatan mereka untuk mengambil alih SDA yang ada selama negara tersebut terpecah belah.

Belum lagi kehadiran Israel yang membuat peta politik di kawasan ini semakin rumit. Kepentingan nasional Amerika Serikat yang selalu paralel dengan kepentingan nasional Israel membuat siapa saja musuh Israel di kawasan akan berhadapan juga dengan Amerika Serikat, salah satu contohnya adalah Iran. Sejak berdirinya negara Israel, Amerika Serikat sudah berkomitmen untuk selalu melindungi Israel dari ancaman-ancaman terutama di kawasan. Iran merupakan negara yang berpengaruh besar di kawasan yang berani secara terang-terangan menolak kehadiran Israel di kawasan dan beberapa kali melemparkan ancaman kepada negara tersebut.

Iran merupakan negara yang rutin memberikan bantuan kepada Palestina melalui Hamaz dan Hizbullah untuk melawan Israel. Sementara Hamaz dan Hizbullah dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan Amerika Serikat. Sehingga kedua negara ini melihat Iran sebagai negara pemasok dana dan senjata kepada teroris.

Lalu kenapa negara di kawasan cenderung memihak kepada Amerika Serikat daripada Iran?

Hal ini sebenarnya merupakan persaingan antara dua negara besar di kawasan yaitu Arab Saudi dengan paham Islam Sunni dan Iran dengan paham Islam Syiah. Keduanya saling membenci karena perbedaan paham tersebut. Keadaan ini mirip seperti era Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Arab Saudi dan Iran juga sama-sama berlomba menyebarkan paham Sunni dan Syiahnya di kawasan Timur Tengah. Selain itu, kedua negara besar ini juga berlomba untuk menjadi yang hegemoni di kawasan. Walaupun sejauh ini baik Arab Saudi dan Iran tidak pernah terlibat konflik langsung, namun mereka terlibat dalam berbagai proxy war di kawasan, contonya di Suriah dan Yaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun