Mohon tunggu...
Rahmadhona
Rahmadhona Mohon Tunggu... Administrasi - International Affairs Graduate

"and one day, a girl with book will the girl writing them.."

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kekerasan Seksual sebagai Senjata Perang

25 Maret 2019   18:00 Diperbarui: 26 Mei 2019   03:20 964
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: dw.com/REUTERS/D. Sagoli

Dalam mayoritas kasus perkosaan massal, para pelaku sulit dituntut ke pengadilan. Di antara penyebabnya adalah rumitnya prosedur pembuktian dan situasi menyulitkan korban untuk membuka mulut, serta kuatnya posisi pelaku dalam struktur politik maupun sosial.

Referensi:

1. WOMEN'S HUMAN RIGHTS; Women, war and peace. Amnesty International, p.4.
2. Women, War and Peace: The Independent Experts' Assessment on the Impact of Armed Conflict on Women and Women's Role in Peace-building. Elisabeth Rehn and Ellen Johnson Sirleaf, p. 38-39.
3. Blent Diken dan Carsten Bagge Lausten, "Becoming Abject: Rape as a Weapon of War," Body & Society 11 (2005): 115.
4. Alexandra Stiglmayer, Mass Rape; The War Againts Women in Bosnia-Herzegovina (London: University of Nebraska Press, 1994),  54.
5. Allison Ruby Reid-Cunningham, "Rape as a Weapon of Genocide," Genocide Studies and Prevention: An International Journal 3 (2008): 282-283.
6. www.academia.edu
7. sindonews.com
8. cnnindonesia.com
9. dw.com
10. liputan6.com
11. detik.com
12. tirto.id

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun