Sleman (08/08). Status keluarga Indonesia masa kini sedang berada di ujung tanduk. Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) terdapat 5.834 kasus KDRT di tahun 2018 (Widyanuratikah, 2018).
Selain KDRT, perceraian juga tengah meningkat sebanyak 20 persen dalam kurun waktu 2009 hingga 2016 (Widyanuratikah, 2018). Badan Pusat Statistik menyebutkan sejumlah 408.202 kasus perceraian di Indonesia dalam rentang tahun 2015 hingga 2018 (Fitra, 2020). Angka tersebut bukanlah jumlah yang sedikit untuk menjustifikasi suatu kasus.
Badan Pusat Statistik menambahkan, rasio angka perceraian dan pernikahan ialah satu banding lima (kumparanNEWS, 2019). Hal itu dilansir berdasar data dari tahun 2015 hingga 2017. Dilansir dari era.id (2018), perceraian di Indonesia umumnya terjadi pada usia pernikahan di bawah umur 5 tahun.
Ketahanan keluarga atau family strength menurut Otto (1963) adalah kemampuan keluarga untuk memberdayakan faktor pribadi dan kesehatan fisik yang dimiliki keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan spiritual. Sementara Moore et al. (2002) berpendapat family strength sebagai dukungan anggota keluarga terutama terhadap masa-masa sulit yang bersumber dari hubungan dan proses yang berlangsung dalam keluarga.
Fungsi dari family strength ialah mengembangkan kesejahteraan anggota keluarga dan mendorong kohesivitas antar anggota (Moore et al., 2002). Perspektif yang mendasari family strength memanfaatkan sisi positif yang dimiliki keluarga dan mengubahnya menjadi kekuatan yang berguna dalam menghadapi krisis (Mawarpury & Mirza, 2017).
Keluarga dikatakan memiliki family strength apabila mampu bekerja bersama dan memikirkan kebaikan bagi setiap anggotanya. Setiap anggota bertanggung jawab atas solusi bagi permasalahan yang muncul. Kemampuan untuk berempati mempengaruhi dinamika hubungan antar anggota.
Dengan demikian, permasalahan yang muncul dapat ditangani sebelum berkembang menjadi permasalahan lainnya. Hal inilah yang mendasari pentingnya family strength dalam menciptakan keharmonisan keluarga, khususnya bagi keluarga di Indonesia.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diadakan di masa pandemi mendorong saya untuk membuat suatu program yang bermanfaat bagi masyarakat. Resiliensi keluarga sangatlah dibutuhkan di masa – masa sulit seperti ini. resiliensi keluarga merupakan bagian dari teori ketahanan keluarga.
Menurut Moore et al. (2002), terdapat enam indikator ketahanan keluarga. Keenam hal tersebut diantaranya adalah 1) kesehatan mental orangtua yang bernilai positif, 2) rutinitas rumah tangga, 3) waktu yang dihabiskan antara orangtua dan anak, 4) komunikasi dan penghargaan, 5) monitoring, supervisi, serta keterlibatan, dan yang terakhir 6) dukungan orangtua dan kedekatan hubungan anak dan orangtua.
Saya memutuskan untuk menjadikan ritual keluarga dan pengasuhan anak menjadi tema program KKN saya. Program tersebut saya bungkus dalam bentuk psikoedukasi, atau edukasi mengenai teori psikologi yang saya pelajari selama di kuliah.
Sebelum memberikan psikoedukasi ini, saya sempat mengambil data dengan memberikan kuesioner terbuka mengenai ritual keluarga dan pengasuhan anak yang dilakukan di rumah. Hasilnya, sebagian besar orangtua mengaku sangat memahami permasalahan berikut.
Pada saat pelaksanaan program, keduanya berjalan lancar dan warga tampak antusias mendengarkan penjelasan yang saya berikan. Saya memahami pentingnya memulai segala sesuatu dari diri sendiri dan keluarga. Topik berbasis keluarga merupakan hal yang umum dibicarakan, namun jarang menyentuh implementasi paling dasar dari hal itu sendiri.
Oleh karena itu melalui program ritual keluarga saya mengajak setiap anggota keluarga untuk bertemu dan berdiskusi satu sama lain. Kesibukan yang kita alami sebelum Corona, kadang membuat kita melupakan pertemuan – pertemuan kecil yang bermakna.
Saat program ini dilaksanakan, warga dengan mudah memahami penjelasan saya karena menyentuh hal – hal remeh yang kadangkala dilewatkan. Kita seringkali sibuk pada suatu kegiatan untuk pemenuhan dan eksporasi diri tanpa menyadari kita meluangkan waktu yang cukup untuk orang di sekitar kita.
Selanjutnya, program kedua diterima dengan mudah oleh ibu – ibu yang menjadi sasaran psikoedukasi. Ibu – ibu tersebut merupakan ibu rumah tangga yang sehari – harinya mengurus anak dan rumahnya. Pembicaraan yang saya lakukan terhadap ibu – ibu tersebut mengenai teori pengasuhan yang diajarkan di saat kuliah terasa nyambung karena mereka merasakannya sendiri di rumah.
Pemahaman mereka mengenai karakter dan emosi anak umumnya lebih mendalam dibanding ibu – ibu yang bekerja dan harus menyisihkan waktunya di luar rumah.
Saya pribadi sangat bersyukur dengan adanya program ini karena membantu saya memahami keadaan sekitar, seperti keadaan keluarga dan pola – pola pengasuhan yang diterapkan orangtua – orangtua. Saya berharap keberlanjutan program ini tidak hanya dilaksanakan jangka pendek saja, namun juga memberikan kebermanfaatan jangka panjang. Salam.
Daftar Pustaka
- Fitra, S. (2020, February 2). Ramai RUU Ketahanan Keluarga, Berapa Angka Perceraian di Indonesia?. Retrieved from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/02/20/ramai-ruu-ketahanan-keluarga-berapa-angka-perceraian-di-indonesia
- KumparanNEWS. (2019, November 28). Kami Membandingkan Jumlah Pernikahan dan Perceraian di Indonesia. Retrieved from https://kumparan.com/kumparannews/kami-membandingkan-jumlah-pernikahan-dan-perceraian-di-indonesia-1sKM5fAHafr/full
- Mawarpury, M. & Mirza. (2017). Resiliensi dalam Keluarga: Perspektif Psikologi. Jurnal Psikoislamedia, 2(1), 96-106. Retrieved from http://103.107.187.25/index.php/Psikoislam/article/view/1829
- Moore, K. A., Chalk, R., Scarpa, J., & Vandivere, S. (2002). Family Strengths: Often Overlooked, but Real. Child Trends Research Brief. Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=ED468044
- Otto, H. A. (1963). Criteria for Assessing Family Strength. Family Process, 2(2), 329–338. doi:10.1111/j.1545-5300.1963.00329.x
- Wardani, D. A., Handayani, M., & Tsia, W. T. (2018, September 18). Fakta di Balik Tingginya Angka Perceraian di Indonesia. Retrieved from https://www.era.id/read/lYUMBL-fakta-di-balik-tingginya-angka-perceraian-di-indonesia
- Widyanuratikah, I. (2018, October 20). Kondisi Keluarga Indonesia Jauh dari Ideal. Retrieved from https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/18/10/21/pgw73s368-kondisi-keluarga-indonesia-jauh-dari-ideal
Editor : Hendrik A.S