Mohon tunggu...
Uniek Widyarti
Uniek Widyarti Mohon Tunggu... -

belajar menjadi manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sajak Terakhir

24 Oktober 2017   22:34 Diperbarui: 24 Oktober 2017   23:05 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
paigereeve.wordpress.com

 Lembar lembar sajakku tertumpuk begitu saja di sudut meja . Malam ini aku merasa begitu lelah.....bukan karena segudang aktivitas siang tadi, namun kali ini aku lelah merindunya. Mengharap hadirnya yang selalu kutunggu. Hingga, Jemariku enggan menulis sajak rindu...hatiku diam terpaku...

Denting jarum jam  terus bergerak lambat, menemaniku yang duduk ditepi jendela. Meski sebetulnya benar benar kupahami, apa yang bisa kulihat diluar sana. Hanya gelap yang  kian kelam diiringi suara binatang malam. Kulempar tatapan pada hamparan sawah. Tak ada apa apa...ya tak ada sesuatupun yang kutangkap dari pupil ini. Namun, reflek leherku untuk selalu menoleh kearah luar.

Berulang kuhela nafas panjang...sesekali mata terpejam dan tanpa sadar lirih suaraku menyebut "Dandra.....".

Berkali kali  ku mencoba untuk melupakannya, namun aku selalu gagal. Cintaku terus tumbuh bersama harapan harapan yang ia untai untukku. Sampai kapan akan kulintasi siang dan malam untuk menunggu hadirnya..kadang muncul menjadi sebuah pertanyaan.

Kutundukkan kepala...menatap cincin yang melingkar di jari manis ini. 5 tahun yang lalu, ya sudah 5 tahun cincin ini tersemat di jemari. awal  kumulai tumbuhkan asaku bersamanya.

Terkadang, sesekali ingin kulepas lalu meletakannya, namun cintaku mengatakan "Jangan....biarlah aku setia menunggunya..."

" Nduk...buat apa kamu menunggu seseorang yang tak jelas"

" Keluarganya saja tidak tahu dia dimana, bagaimana kau berpikiran untuk terus menunggunya"

" Keluarga Pak Sobri akan datang melamarmu malam ini, bersiaplah "

"Ingatlah berapa usiamu sekarang Kanya...kau sudah cukup usia"

Rayuan dan usaha Bapak dan Ibu tak pernah kugubris. Cintaku pada Dandra takkan pernah mati. Ku kunci rapat rapat hatiku  untuk nama lain. Bahkan seketika kubersiap melarikan diri bila ada sosok baru mengetuk pintu hati.

Keluargaku semakin mengerjar. Mereka memimpikan cucu dari anak semata wayangnya. Hatiku terkadang pilu ketika kumenatap Ibu. Namun cintaku pada Dandra  memberi penawar rasa atas semua prahara.

.....>>>

Seperti malam malam sebelumnya, menulis selembar sajak untuk seorang Dandra, kemudian duduk di tepi jendela dan menatap hamparan gelap tanpa kunang kunang. Masih kuingat saat kau menatap dan berucap "Kanya, aku kan menunggumu hingga langit bukan lagi sebuah atap".

Tiba tiba mataku terperanjak, sosoknya hadir di depanku. Kuusap mata untuk kembali meyakinkan bahwa ini adalah nyata. Ya nyata..baju putih bersih semakin menegaskan tubuhnya yang sigap. Bahkan ia tersenyum sembari melambaikan tangan.

Kubuka jendela, segera kuturun dan berjalan mengikutinya.Melintasi pematang  yang tak terlihat, berulang  tubuhku terpungkur dalam lumpur.  Namun dia berjalan semakin cepat,,,cepat dan semakin cepat...

Aku tak mau kehilangan dia kembali ..aku segera berlari tanpa pedulikan gelapnya malam, kemeja putih memancarkan cahaya seperti kunang kunang dan kuyakin aku mampu meraihnya malam ini.

Medio, 11 Januari 2016

Dandra...

Biarkan aku berbaur dengan puisi yang kuciptakan sediri.

Tenggelam di dalamnya dan menikmati arti seluruh kata kata sesungguhnya.

 Menikmati tetes tetes air mata...yang jatuh satu per satu...

Menikmati resah hati karena rindu...menikmati senyum penuh sipu.

Biarkan ku ikat hatiku pada diksi diksi yang kurangkai sendiri.

Menyapu gundah dan lara yang pernah ada

dan meyakinkan tak akan ada lagi nganga nganga luka.

 

<<<<<<<

Aku melihat Dandra menangis di pusaraku sembari memegang sesajak puisi terakhirku, sementara di tangan kanannya beberapa butir pil ia pegang erat.

"Kanya kita akan bertemu saat langit bukan lagi  sebuah atap"

Tak lama,,,tubuh Dandra mengejang, angin membawa selembar sajakku terbang ....

Sajak terakhirku menghilang bersama hilangnya kabar sesosok gadis ditemukan tewas di sebuah jurang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun