Mohon tunggu...
Dhiya Nasywa Nada Syifa Zain
Dhiya Nasywa Nada Syifa Zain Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

halo

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Apa Pengaruh Self Diagnose untuk Diri Sendiri?

20 September 2022   23:11 Diperbarui: 20 September 2022   23:18 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental adalah tingkatan kesejahteraan psikologis atau ketiadaan gangguan pada jiwa. Pieper dan Uden (2006) menjelaskan Kesehatan mental sebagai suatu keadaan di mana kita tidak mengalami rasa bersalah pada diri sendiri, dapat menerima kekurangan atau kelemahan diri dan memiliki kemampuan untuk menghadapi masalah yang ada serta miliki rasa Bahagia dalam hidupnya. Sehat secara mental berarti puas dalam kehidupan sosial dan bertumbuh kembang dengan matang dalam kehidupannya.

Sedangkan gangguan Kesehatan mental menurut Videbeck (2008) bahwasanya American Psychiatric Association menjabarkan gangguan Kesehatan mental sebagai suatu pola bersifat kejiwaan yang terjadi pada seseorang yang timbal balik dengan adanya stres atau kerusakan pada area penting. Gangguan Kesehatan mental rentan terjadi pada usia remaja hingga dewasa awal. Pada usia remaja, seorang individu mengalami banyak perubahan baik itu fisik, sosial ataupun emosional. Sedangkan, pada usia dewasa awal seseorang mengalami masa peralihan dari fase remaja dan melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial yang baru. Gangguan jiwa bisa menyebabkan kematian atau merasa kehilangan kebebasan yang besar.

Berkaitan dengan Kesehatan mental, aktivitas mendiagnosa diri sendiri mengalami gangguan mental selama pandemicCOVID-19 banyak terjadi, dalam dunia psikologi fenomena ini disebut self-diagnose. 

Menurut White dan Horvitz (2009) self-diagnose adalah upaya memutuskan bahwa diri sendiri sedang mengidap suatu penyakit berdasarkan informasi yang diketahui. self diagnose seringkali dilakukan karena merasa penasaran dengan gejala yang di alami dan menyamakan dengan referensi yang dimiliki. Self-diagnose pada Kesehatan mental dapat membuat seseorang memiliki kecemasan yang berlebih dan dapat menimbulkan bahaya seperti mengonsumsi obat yang tidak tepat dan menimbulkan persepsi yang salah terhadap gangguan mental. 

Maka dari itu, self-diagnose Kesehatan mental hanya boleh digunakan untuk gambaran umum saja bukan sebagai patokan. Informasi mengenai kesehatan mental saat ini dapat di akses dengan sangat mudah di web melalui berbagai site kesehatan dan site lainnya, serta media sosial dengan penyebarannya yang cepat.

Hal tersebut menyebabkan terbukanya wawasan masyarakat termasuk remaja Generasi Z sebagai pengguna aktif dalam media sosial terhadap kesehatan mental dan gangguannya serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental pada diri sendiri. Tetapi hal tersebut juga dapat menimbulkan kecenderungan pada perilaku self-finding, meyakini bahwa dirinya memiliki gangguan kesehatan mental dengan mencocokkan gejala yang disebutkan dalam informasi kesehatan mental dengan yang dialami. 

Self-diagnose memiliki manfaat akademis yang di dapat karena saat seseorang melakukan evaluasi sehubungan dengan gejala yang dialaminya dalam mempelajari ilmu terkait diagnosis.walaupun self-diagnose memiliki manfaat akademik, tetap saja hal itu tidak bisa dibenarkan karena dampak negatif yang di dapat juga lebih banyak dan merugikan bagi diri sendiri.

Beberapa contoh tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya self-diagnose yaitu selektif dalam menerima informasi yang ada, dengan kita memilah lagi informasi yang di dapat kita bisa tidak asal melabeli diri terkena suatu gangguan Kesehatan mental. Selain itu, kita juga tidak usah ragu untuk mendapatkan bantuan dari pihak ahli untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dialami.

Daftar Pustaka

Black Peter. (2013). The dangers of using Google as a diagnostic aid. British Journal of Nursing, self diagnose, https://doi.org/10.12968/bjon.2009.18.19.44817

Kim, J., & Kim, S. (2009). Physicians'perception of the effects of Internet health information on the doctor-patient relationship. Informatics forHealth and Social Care, 34(3),136--148. https://doi.org/10.1080/17538150903102422

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun