Mohon tunggu...
Dhiya Ulhaq
Dhiya Ulhaq Mohon Tunggu... Freelancer - hi !!!!

Cuma Mahasiswa Biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Curhatan Miris Seorang Mahasiswa

23 September 2018   04:45 Diperbarui: 23 September 2018   09:57 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judulnya kok gitu amat sih,? Sengaja kok biar pembaca tahu dan sama sama berfikir.      

 Apa yang ada di pemikiran pembaca ketika mendengar kata "Mahasiswa",? Pasti tidak jauh jauh dari kata rantau , kos, dan lain sebagainya. 

Bagi kami para mahasiswa rantau yang hidup di kos kosan sederhana tanpa ingukan orang tua, naiknya kurs dolar (mata uang symbol capitalis) dari yang awalnya 1 dolar = 10.000 rupiah menjadi per dolar 15.000 rupiah, sangat berdampak bagi kami. 

Bagaiman tidak ?  Pertama , harga buku yang harus kita beli sebagai sumber referensi tugas tugas yang berlimpah naik dikarenakan bahan baku kertas yang ikut naik. Eh, masa sih bahan baku kertas naik?                     

Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi), Rosidayati Rozalina mengatakan , "dalam penerbitan sebuah buku , ada beberapa kompoten kertas yang harus diimpor dari luar negeri" dikarenakan bahan baku kertas naik , maka harga jual buku juga keikut naik.terasa kan ? Kedua, Sumber stamina. Ada yang mengatakan " 

Semakin seringnya kita menggunakan otak untuk berfikir maka itu akan menjadikan kita semakin terasa lapar"  True?                             

Jika dulu dengan uang 8.000 rupiah kita sudah bisa menikmati ayam goreng dengan nasi hangat hingga kenyang, maka sekarang kita perlu merogoh kantong agak dalam untuk menikmati makanan spesial tersebut. 

Kenapa, kan ayam produk lokal? Iya, ayamnya memang produk lokal, tapi bahan baku / dasar pakannya itu yang impor. Terbukti dari yang biasanya seharga 8.000 rupiah sekarang berkisar menjadi 13.000 rupiah.                                             

Selanjutnya bbm  dan sembako yang perlahan menaikkan harga, dan tak jauh dari itu, makanan pengganjal perut kami ketika lapar yang biasa disebut "Gorengan"  juga mulai menampakkan kenaikan harganya, kenapa kok bisa naik? 

Tanpa kita sadari, kedelai yang jadi bahan baku tempe tahu yang biasa kita konsomsi masih bahan impor dari luar negeri, belum lagi tepung penyelimut gorengan yang biasa buat kress kress tersebut bahan bakunya, yaitu gandum, masih bahan impor juga dari luar negeri, dan jangan lupa elpiji yang juga masih berstatus barang impor. terus bagaimana cara kita yang berstatus bukan pemerintah menanggulangi efek naiknya dolar? 

Mungkin ini beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk sedikit membantu para pemerintah. Pertama tama ini teguran keras banget buat kalian yang suka barang barang modis nan branded dan so pasti impor, buat para laki laki berhenti dulu koleksi kaos kaos Gucci, Chanel,atau Prada, termasuk jam tangan Daniel Wellingston beserta kawan kawannya, mari pindah dan mulai mencintai produk lokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun