Mohon tunggu...
Dhita Adsa Adani
Dhita Adsa Adani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa S1 Psikologi Universitas Airlangga

Dari membaca dapat menulis, membebaskan pikiran dalam lautan bacaan dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa Kita Cenderung Tertarik dengan Barang Mahal? Ini Dia Alasannya

23 Juni 2022   00:55 Diperbarui: 23 Juni 2022   02:03 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam bermain game maupun dalam kartun pasti pernah menemui larangan untuk menekan tombol merah besar yang terkadang tertulis "Jangan Tekan Tombol Ini". Ketika melihat dan mendengar larangan tersebut kita memiliki keinginan untuk menekannya. 

Hal ini berhubungan dengan ketika kebebasan memilih kita diberi pembatasan akan ada rasa ketidaknyamanan dan memotivasi kita untuk melawan mendapatkan kebebasan tersebut. Keadaan dimana dengan pemberian larangan keinginan melakukan akan semakin meningkat menyebabkan sebuah efek Reverse Psychology. 

Para ilmuwan ketika membahas Reverse Psychology akan berfokus pada reaktansi, mereka tidak bisa memberitahu saya tentang apa yang harus dilakukan.  Efek ini juga terjadi ketika terdapat perintah orang tua untuk membersihkan kamar tidur, maka kemungkinan besar seorang anak tidak akan membersihkannya.

Reverse Psychology juga terdapat dalam dunia marketing. Berbelanja dengan offline maupun online merupakan kegemaran banyak orang. Pada saat masa pandemi peningkatan berbelanja online sebesar 17,5% ( SIRCLO ). Peningkatan berbelanja tersebut juga dapat terjadi karena adanya efek Reverse Psychology. 

Dikatakan demikian karena kebebasan kita untuk berbelanja offline diberi batasan. Tidak hanya itu, ketika berbelanja offline pasti kalian menemui sales yang bernada tinggi yang dimana juga kemungkinan menggunakan efek ini. 

Dalam berbelanja kita cenderung akan tertarik dengan barang mahal, hal tersebut dikarenakan Reverse Psychology dalam dunia marketing yang diutamakan, seperti ketika seorang sales menawarkan barang yang murah kepada kita setelah menjabarkan barang mahal, seseorang pasti akan termotivasi untuk tetap pada pilihan awal dengan barang yang lebih mahal.

Dalam dunia marketing juga telah banyak brand internasional yang menggunakan teknik Reverse Psychology. 

Salah satu penggunaan efek ini pada brand terkenal yaitu gerai makanan Zooba yang berasal dari Mesir. Pada tahun 2016, banyak ulasan yang dipublikasikan bersifat negatif, hal ini mengakibatkan banyak konsumen datang untuk membuktikan hal tersebut. 

Ulasan negatif tersebut dilakukan dengan mengolok-olok perusahaan sendiri di hadapan para pelanggan. Tidak hanya itu, gerai makanan ini juga secara mendadak merilis produk sandwich dengan harga yang relatif murah. 

Beberapa kejadian tersebut merupakan efek reaktansi yaitu perlawanan untuk mendapatkan kebebasan. Berdasarkan beberapa penelitian reaktansi terjadi pada segala usia dalam berbagai situasi. 

Reaktansi akan berakibat buruk jika dihubungkan dalam dunia perawatan, yang dimana ketika pasien tidak memiliki pilihan atau kebebasan untuk mengikuti pengobatan akan ada keinginan untuk menolak dan melawan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun