Mohon tunggu...
Muhammad Dhimas Syaputra
Muhammad Dhimas Syaputra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aktif di Indonesia

Salah satu mahasiswa aktif di Indonesia yang mencoba untuk bersikap kritis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembelajaran Jarak Jauh yang Mengembalikan Model Lama

24 Desember 2020   17:25 Diperbarui: 24 Desember 2020   17:29 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan aspek yang penting dan cukup krusial bagi setiap lapisan masyarakat yang ada, dimana pendidikan merupakan sebuah arena dimana kita mempertaruhkan masa depan kita sendiri, apakah kita bisa membawanya setinggi mungkin hingga menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan atau hanya menjadikan masa depan tersebut sebagai bahan kekalahan yang dapat dikontrol oleh manusia lainnya.

Menurut Hidayat dan Abdillah (2019: 24), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaannya serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu menyelesaikan tugas hidupnya secara mandiri. Ini menunjukan bahwa pendidikan seharusnya menjadi arena untuk membimbing para peserta didik yang masih muda dan masih "fresh" untuk dapat mengembangkan potensi -- potensi yang mereka miliki, tetapi fakta yang berada di lapangan justru sangatlah berbeda.

Pendidikan merupakan sebuah sarana yang sangat empuk untuk menjadi sasaran dari bidang lain, seperti hal nya ekonomi dan juga politik. Dua bidang ini tidak pernah terlepas dari ranah pendidikan, dimana politik berfungsi sebagai pengatur dari luar lewat keputusan-keputusan atau kebijakan yang diberikan dengan menguntungkan satu pihak saja dan aspek ekonomi berfungsi sebagai pihak yang menerima output guna memperlancar serta melanggengkan apa yang ada. Jika dilihat, rantai antara politik-pendidikan-ekonomi seperti halnya rantai input-proses-output, para peserta didik diproses guna menjadi pekerja-pekerja pabrik tanpa bisa mengembangkan kreatifitas yang mereka miliki. Pendidikan yang ada sekarang ini, khususnya di Indonesia, memaksa para murid nya untuk dapat mempelajari semua mata pelajaran dan juga mereka harus bisa mengembangkan minat dan bakat mereka di waktu yang bersamaan, seperti hal nya menilai keberhasilan ikan memanjat pohon atau menyuruh anjing untuk dapat terbang. Terlebih lagi, pendidikan ini jarang sekali dipegang oleh orang yang tepat.

Pada akhir tahun 2019, dunia dihebohkan dengan kemunculan kasus virus baru yang dengan cepat menyebar dan menjadi pandemi. Seluruh dunia merasakan hype yang sangat mengkhawatirkan, dan pada awal 2020 lebih tepatnya awal maret 2020, virus tersebut memasuki Indonesia, yang menciptakan kepanikan masal dan juga panic buying.

Keadaan semakin diperparah dengan banyak nya kemunculan-kemunculan kasus baru, hal ini terjadi karena rendahnya kewaspadaan masyarakat Indonesia, akibat yang ditimbulkan dari pandemi ini pun cukup serius, mulai dari korban jiwa yang semakin hari semakin bertambah, serta aspek-aspek lainnya pun mengalami dampak yang signifikan, seperti contohnya ekonomi, banyak sekali dari berbagai lapisan masyarakat yang merasakan dampaknya, masyarakat miskin yang kehilangan pekerjaan, banyak perusahaan-perusahaan retail yang gulung tikar akibat pandemi, dan tidak sedikit juga masyarakat yang menggunakan momen ini untuk kepentingan pribadi seperti hal nya penimbun masker yang sempat viral beberapa waktu lalu.

Tidak terkecuali aspek pendidikan yang juga terkena dampak dari pandemi ini dan cukup membuat culture shock bagi sebagian masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah. Banyak masyarakat kelas bawah yang merasa terbebani dengan hadirnya PJJ yang seharusnya menjadi solusi pada saat pandemi seperti ini, ditambah lagi dengan aspek ekonomi yang terdampak, membuat mereka harus mengeluarkan biaya ekstra dalam pemenuhan kuota internet dan juga apabila mereka tidak memiliki gawai / perangkat elektronik yang mendukung, maka mereka harus membeli terlebih dahulu atau merelakan tidak mengikuti PJJ.

Bagi masyarakat Indonesia PJJ merupakan sebuah terobosan yang belum siap disebar luaskan di kalangan masyarakat Indonesia, padahal hal ini sudah umum untuk melakukan pembelajaran tanpa tatap muka di luar negeri, dan juga tidak dapat kita hindari lagi bahwa pembelajaran tanpa tatap muka pun memang diperlukan walaupun tanpa adanya pandemi ini. Karena ini merupakan kemajuan dari arus teknologi yang tidak dapat kita hindari lagi adanya.

Kehadiran PJJ membuat banyak sekali perubahan-perubahan pada dunia pendidikan, mulai dari penyesuaian kurikulum hingga sampai pelatihan kembali penggunaan media sosial untuk media pembelajaran seperti zoom, google meet, microsoft team, dan lain sebagainya. Tentu saja hal ini juga menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti halnya, para murid sangat dipaksa untuk menghabiskan sebagian besar waktunya untuk terus menatap layar gawai, laptop dan juga komputer, serta mengerjakan tugas yang hampir semuanya butuh penggunaan gawai, dan juga barang elektronik lainnya, hal ini membuat murid semakin ketergantungan akan gawai, mereka menjadi sukar untuk lepas dan juga melaksanakan diet gawai, serta orang tua juga harus kerja ekstra untuk memantau apa saja yang dilakukan anaknya, apkah mereka memang benar-benar belajar atau membuka media sosial lainnya, atau bahkan bermain game.

Itu baru dari sisi murid dan orang tua, para guru pun harus menyesuaikan kembali pembelajaran berbasis gawai, mereka harus belajar lagi cara menggunakan dan mengoperasikan media-media yang bisa digunakan dan hal ini berdampak kepada perubahan pola dan gaya belajar, yang tadinya mungkin sudah sesuai dengan apayang kita inginkan yaitu student sentris sekarang kembali menajadi teacher sentris atau semi- teacher sentris. Pendidikan yang kembali menjadi berpusat kembali kepada guru ini bisa disebabkan karena berbagai faktor, seperti; guru yang terlalu mendominasi, murid yang enggan untuk bertanya / menyampaikan, guru yang tidak melibatkan muridnya untuk dapat ikut serta, dan masih banyak hal lainnya.

Menurut Freire konsep pendidikan harus terbuka pada pengenalan realitas diri atau praktek pendidikan harus mengimplikasikan konsep tentang manusai dan dunianya, agar manusia menjadi diri sendiri[1]. Freire juga mengkritik model pendidikan tradisional sebagai pendidikan gaya bank[2]. Menurutnya, ini merupakan pendidikan yang tidak kritis, karena mematikan kreativitas murid-murid serta tidak menghadapkan pada permasalahan yang sebenarnya.[3]

Menurut Ulwiyah (2018: 67-68) sistem bank dalam pendidikan bertolak dari pandangan bahwa dikotomi antara manusia dan dunia. Manusia dianggap semata-mata hanya ada di dalam dunia. Manusia juga bukan makhluk berkesadaran tetapi makhluk pemilik kesadaram artinya jiwa manusia bersifat pasif terbuka menerima apa saja yang disodorkan realitas luarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun