Mohon tunggu...
Dhimas Raditya Lustiono
Dhimas Raditya Lustiono Mohon Tunggu... Perawat - Senang Belajar Menulis

Perawat di Ruang Gawat Darurat | Gemar Menulis | Kadang Merasa Tidak Memiliki Banyak Bakat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Stop Kuliah di Jurusan Kesehatan karena Gengsi

19 Juni 2020   15:22 Diperbarui: 22 Juni 2020   02:03 8618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi banyaknya tugas mahasiswa kedokteran (sumber: presse.inserm.fr.com)

Untuk jurusan keperawatan utamanya D3 Keperawatan, jangan kaget jika dalam 1 semester akan ada 2 kali penarikan biaya, yakni biaya semesteran dan biaya praktikum. 

Tentu saja ketika praktek klinik biasanya mahasiswa akan menempati kos baru tanpa meninggalkan kos yang lama, sehingga perlu biaya ekstra untuk hidup selama menjalani praktek klinik.

Lapangan Kerja Luas?
Kebutuhan tenaga keperawatan di Indonesia sangat tinggi, hal ini merujuk pada World Health Organization (WHO) yang merekomendasikan setiap negara memiliki bed to population ratio sebesar 5 : 1000, atau 5 bed pasien untuk setiap 1000 penduduk atau 1 bed untuk 200 penduduk.

Sedangkan di Indonesia rasionya masih di angka 1,21 : 1000. Artinya ada 1.21 bed perawatan di rumah sakit untuk 1000 penduduk. Sehingga masyarakat Indonesia yang sejumlah 260 juta jiwa tersebut harus berebut dengan 310 ribu bed perawatan di rumah sakit.

Jika merujuk pada jumlah penduduk, maka kebutuhan tenaga keperawatan di Indonesia memang masih kekurangan, tapi jika melihat pada pertumbuhan lapangan kerja, tentu saja wajar apabila masih banyak lulusan akper atau akbid yang menganggur mengingat jumlah Rumah Sakit yang belum merata di seluruh wilayah di Indonesia. 

Simpel-nya, menjadi sarjana keperawatan tentu harus siap untuk terdaftar sebagai calon pengangguran baru, kenapa? Jangan pernah bermimpi untuk bisa langsung mendapatkan pekerjaan sebagai perawat setelah sehari mengenakan toga.

Fase Menganggur
Bapak dan Ibu tentu akan bangga ketika anaknya menyandang gelar sarjana keperawatan, harapan untuk melihat anaknya berangkat ke Rumah Sakit atau Puskesmas-pun semakin besar. Namun ternyata ada syarat yang harus dipenuhi apabila masih ingin menjadi tenaga kesehatan.

Salah satu syaratnya adalah, setiap tenaga kesehatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). STR inilah yang nantinya dipergunakan untuk keperluan melamar pekerjaan, tanpa STR sama halnya seperti sopir truck antar provinsi yang tidak mempunyai SIM yang bisa ditilang sewaktu-waktu. Simpel-nya STR adalah bukti legalitas tenaga kesehatan di mata hukum.

Untuk mendapatkan STR, dokter, perawat, bidan, apoteker dan profesi kesehatan lain wajib mengikuti uji kompetensi. Padahal lulus kuliah dengan predikat sangat memuaskan tidak menjamin lulusnya Uji Kompetensi. Jika tidak lulus Ukom maka yang bersangkutan wajib mengulang Ukom yang biasanya dilaksanakan 3 bulan kemudian.

Setelah lulus Ukom nanti, calon tenaga kesehatan akan mendapatkan sertifikat kompetensi (serkom) dari kampus, serkom inilah yang nantinya digunakan untuk pengajuan STR di Komisi Tenaga Kesehatan Indonesia (KTKI). Paling cepat STR bisa terbit setelah 3 bulan pengajuan, bahkan ada yang lebih dari 6 bulan.

Rata-rata lulusan tenaga kesehatan akan menganggur paling cepat 3 bulan setelah wisuda. Ketika menganggur ini maka mulut tetangga bisa semakin tajam untuk memberikan aneka nasehat dan wejangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun