Pernahkah Anda merasa seperti roti lapis? Di tengah, menopang beban di atas dan di bawah? Jika ya, kemungkinan besar Anda adalah bagian dari generasi sandwich.Â
Istilah ini semakin sering terdengar, menggambarkan individu dewasa yang secara finansial dan emosional menanggung kebutuhan orang tua sekaligus anak-anak mereka.
Bukan rahasia lagi, hidup di era modern ini penuh tantangan. Biaya hidup terus melambung, harga-harga naik, dan tuntutan finansial seakan tak ada habisnya.Â
Bagi generasi sandwich, tekanan ini berlipat ganda. Mereka tidak hanya harus memikirkan cicilan rumah, pendidikan anak, atau tagihan bulanan, tetapi juga biaya pengobatan orang tua, kebutuhan sehari-hari, hingga mungkin bantuan finansial tak terduga lainnya.
Siapa Sebenarnya Generasi Sandwich Itu?
Secara sederhana, generasi sandwich adalah individu yang terjepit di antara dua generasi lainnya: orang tua yang mulai membutuhkan bantuan dan anak-anak yang masih bergantung.Â
Mereka biasanya berada di usia produktif, sekitar 30-an hingga 50-an tahun, di mana mereka seharusnya fokus membangun fondasi finansial untuk masa depan mereka sendiri.Â
Namun, kenyataannya, banyak dari mereka justru harus mengalihkan sebagian besar sumber daya untuk menopang kedua belah pihak.
Fenomena ini semakin umum terjadi seiring dengan meningkatnya harapan hidup dan perubahan struktur keluarga. Orang tua hidup lebih lama dan mungkin membutuhkan perawatan atau dukungan finansial di usia senja.Â
Di sisi lain, generasi muda cenderung menikah lebih lambat, memiliki anak di usia yang lebih tua, dan menghadapi tantangan ekonomi yang membuat mereka lebih lama bergantung pada orang tua.