Mohon tunggu...
Dhimas A A
Dhimas A A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

salam kenal salam sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Permasalahan Ketahanan Pangan dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional

18 Mei 2022   22:35 Diperbarui: 18 Mei 2022   23:05 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara agraris yang tidak perlu diragukan lagi keadaan alamnya. Mulai dari pegunungan hingga perairan sangat beragam bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai sumber pangan. Secara garis besar, Indonesia memiliki sangat banyak wilayah yang dapat digunakan sebagai tempat penghasil pangan. Kondisi tanah yang baik dan letak geografis yang sangat strategis menjadi faktor utama produksi pangan di Indonesia. Sangat banyak penduduk Indonesia yang bekerja pada sektor pertanian, menurut dapat BPS tenaga kerja informal sektor pertanian saja mencapai 88,57 persen. Angka tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian Indonesia sangatlah luas.

Pangan merupakan  kebutuhan primer yang wajib terpenuhi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan mencegah terjadinya gizi stunting. Kebutuhan pangan yang terpenuhi juga dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat dan produktivitas. Menurut data Global Food Index Security (GFSI) pada tahun 2021 Indonesia menempati urutan 65 dari 113 negara dalam hal ketahanan pangan. Angka tersebut menunjukkan kondisi pangan di Indonesia tidak terlalu baik dalam hal ketahanan pangan.

Di dalam UU no. 18/2012 tentang pangan dijelaskan ketahanan pangan ialah, "kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan". Hal tersebut sejalan dengan Food and Agriculture Organization (FAO) yang menyebutkan ketahanan pangan adalah kondisi dimana setiap orang sepanjang waktu, baik fisik maupun ekonomi, memiliki akses terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari sesuai preferensinya.

Dalam hal ketahanan pangan dapat dikatakan baik atau buruk dapat diukur melalui beberapa aspek, seperti ketersediaan pangan, kualitas pangan, dan keterjangkauannya. Dari ketiga hal tersebut tentunya para ahli sudah mempersiapkan program yang digunakan untuk menjaga dan meningkatkan 3 aspek tersebut, namun tidak dapat dipungkiri tetap ada permasalahan yang terjadi. Mulai dari permasalahan infrastruktur pertanian, sumber daya manusia, kondisi alam dan faktor lainnya.

Wilayah Indonesia terdiri dari 2/3 lautan, menjadikan Indonesia memiliki peluang yang sangat besar bagi pengembangan budidaya laut. Sumber daya laut dapat memberikan sumber protein yang sangat berkualitas dengan harga yang relatif murah. Pemanfaatan laut sebagai pemenuhan kebutuhan pangan dapat berupa pemanfaatan perikanan laut dan rumput laut. Ikan merupakan sumber protein dan omega 3 yang mudah didapat dan memiliki harga yang relatif murah, dan rumput laut memiliki kandungan mineral yang tinggi. Pemanfaatan kedua bahan tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan jika dilakukan secara maksimal. Namun dalam pemanfaatannya mengalami beberapa kendala seperti  infrastruktur terbatas, SDM berkualitas terbatas, dan eksplorasi yang kurang.

Jika dilihat secara umum Indonesia memiliki potensi produksi pangan yang sangat luas. Mulai dari pegunungan hingga perairan dapat dijadikan sumber produksi pangan. Potensi-potensi tersebut meliputi sumber daya alam berupa lahan layak tanam yang sangat luas, budidaya perikanan atau tambak dan sistem irigasi perairan. Penggunaan teknologi di bidang pertanian juga termasuk potensi produksi pangan, seperti penggunaan pupuk, alat pertanian, mesin, bibit, dan segala sarana dan prasarana yang berhubungan. Dalam pemanfaatannya pemerintah dengan pihak terkait di bidangnya mengadakan berbagai program guna memaksimalkan semua potensi yang dimiliki. Namun tidak bisa dipungkiri tetap ada permasalahan yang muncul terkait produksi pangan itu sendiri.

Permasalahan yang timbul dalam produksi pangan sendiri dapat berupa faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal meliputi keadaan alam, iklim, dan cuaca serta faktor internal meliputi Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu penyebab masalah produksi pangan yang pertama ialah peningkatan kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global.

Perubahan iklim global memberikan dampak negatif terhadap produksi pangan karena memengaruhi pola dan intensitas hujan, kenaikan permukaan air laut, peningkatan intensitas dan frekuensi bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Peningkatan suhu akibat pemanasan global dapat memperpendek masa generatif tanaman dan meningkatnya serangan hama dan penyakit mengakibatkan menurunnya produksi pangan. Risiko banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau juga dapat terjadi akibat perubahan iklim yang ekstrem. Permasalahan yang kedua yaitu kondisi infrastruktur pertanian dalam negeri.

Infrastruktur yang sangat krusial di bidang pertanian yaitu infrastruktur irigasi. Sangat disayangkan pembangunan infrastruktur irigasi berupa waduk dan jalur irigasi sangat kurang. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan air pada musim kemarau kerap tidak terpenuhi. Terdapat juga kerusakan infrastruktur akibat pengaruh alam seperti banjir dan erosi. Jenis infrastruktur lain yang tak kalah penting ialah jalan usaha tani, jalan produksi, dan dermaga yang dilengkapi alat penyimpanan hasil produksi dan pergudangan. Bila infrastruktur tidak segera terbenahi dengan baik akan mengancam kestabilan pangan di Indonesia dan juga menyebabkan biaya operasional yang menjadi lebih mahal.

Permasalahan ketiga yang muncul yaitu ketersediaan sarana produksi. Sarana produksi meliputi benih, pupuk, pakan ternak, hingga obat-obatan perawatan hewan dan tumbuhan. Saat ini penyedia sarana produksi dengan kualitas unggulan masih sangat kurang dengan kemampuan petani yang berdaya beli rendah. Hal tersebut berdampak pada hasil panen yang kurang maksimal.

Permasalahan keempat yaitu mengenai ketersediaan alat dan mesin pertanian. Alat dan mesin pertanian tersebut meliputi pengadaan alat pompa air, alat perontok dan alat pengering gabah. Kurangnya pengadaan alat-alat tersebut mengakibatkan kegiatan pasca panen menjadi yang kurang efektif dan tidak dapat mencapai hasil yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun