Bongsari Bebas Stunting
Kota Semarang (12/08/2022)-STUNTING merupakan permasalahan yang dekat di masyarakat namun jarang disadari oleh masyarakat. Hal tersebut sebenarnya berangkat dari miskonsepsi yang masih banyak terjadi di masyarakat mengenai definisi dan penyebab dari stunting.
Selain itu, kebanyakan orang tua juga enggan mengakui kenyataan bahwa anak mereka termasuk ke dalam kategori stunting dan gizi kurang. Dan lebih parahnya lagi, beberapa orang tua yang tidak mengakui keadaan stunting yang dialami oleh anaknya, menolak menerima bantuan yang disediakan.
Memang, pasti ada rasa malu tersendiri jika sang buah hati dinyatakan mengalami stunting oleh puskesmas. Namun, apakah harga diri itu lebih berharga daripada masa depan anak yang terancam karena anak tersebut mengalami stunting?
Topik stunting ini sendiri tidak hanya menyangkut satu poin dari Sustainable Development Goals (SDGs). Tentunya, karena stunting ini menyangkut masalah kesehatan, topik utamanya tertuju pada poin ketiga, yaitu “Good Health and Well-Being”.
Namun, stunting juga dapat menyangkut topik yang kedua, yaitu “Zero Hunger” dengan target mengakhiri segala macam bentuk malnutrisi, dan topik yang ke-enam, yaitu “Clean Water and Sanitation”dengan target mencapai akses terhadap senitasi dan kebersihan yang layak dan adil untuk semua.
Perlu diingat kembali bahwa stunting tidak hanya disebabkan oleh kondisi malnutrisi kronis pada anak, tetapi juga penyakit infeksi kronis pada anak.
Penyakit infeksi kronis pada anak dapat dicegah melalui pemenuhan kebutuhan imunisasi pada anak, yang biasanya dilaksanakan pada Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) oleh posyandu. Selain itu, pelaksanaan Pemeriksaan Jentik Nyamuk (PJN), juga dapat mencegah terjadinya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD).
Stunting juga dapat disangkut pautkan dengan kebersihan lingkungan dan kebersihan pasokan air keluarga. Tentunnya, lingkungan yang bersih merupakan akar dari keluarga yang sehat.