Mohon tunggu...
Dhiani Probhosiwi
Dhiani Probhosiwi Mohon Tunggu... Freelancer - anak hawa

an interpreter of life, just like you

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Melihat Kebun Binatang dari Kacamata "Penghuninya"

5 Juni 2020   20:15 Diperbarui: 7 Juni 2020   04:40 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu macan tutul koleksi Kebun Binatang Bandung atau Bandung Zoological Bandung (Bazoga) sedang bertenger di dahan pohon besar di kandangnya. (Foto: KOMPAS.COM/AGIE PERMADI)

Tentu kita semua sepakat bahawa diambil paksa dari habitat aslinya di alam liar, maumpun dilahirkan di sebuah kandang sempit dan tumbuh besar di dalamnya, dipertontonkan kepada manusia setiap hari, belum lagi menerima perlakuan buruk dari pengelola dan pengunjung yang tidak bertanggung jawab tentu bukan sesuatu yang layak disebut sebagai sebuah keuntungan bagi binatang-binatang tersebut.

Kebun binatang merupakan suatu wujud dari keliaran yang tertanam dalam diri manusia yang disalurkan melalui pengeksploitasian binatang-binatang yang dianggap liar, yaitu mencari hiburan dari penderitaan yang mereka alami.

Padahal, kita tahu banyak sekali hiburan bisa didapat oleh manusia, terutama di era ini, yang telah dipenuhi campur tangan teknologi yang sangat canggih.

Jika terpaksa harus melihat sisi positif dari kebun binatang, ada satu hal yang mungkin bisa ditarik. Kebun binatang, khusunya tipe safari park memperlihatkan dan mengajarkan kepada para pengunjung bagaimana interaksi dan kesinambungan antara hewan, tumbuhan, dan organisme-organisme yang ada di dalamnya berlangsung, sehingga para pengunjung diharapkan dapat lebih memahami keseimbangan alam.  

Namun, apakah berada di dalam kurungan---yang walalupun dilengkapi dengan fasilitas lebih ketimbang kebun binatang tradisional---betul-betul akan merepresentasikan keadaan alam yang sesungguhnya?

Bagaimana mungkin edukasi mengenai binatang dan keseimbangan alam didapatkan melalui sebuah kurungan, yang bahkan tak mengizinkan para binatang untuk menyalurkan insting naluriahnya, sesuai dengan keadaan alam yang sedang berlangsung? 

Meskipun sisi negatif dari kebun binatang jelas lebih dominan---jika dilihat dari sudut pandang kemanusiaan dan kepedulian terhadap hewan---untuk menutup seluruh kebun binatang yang ada merupakan suatu hal yang hampir mustahil untuk dilakukan.

Numun, dengan melihat apa yang terjadi di kebun binatang, tidak menutup kemungkinan bahwa label wisata edukasi yang disematkan pada tempat ini betul-betul akan mendapatkan maknanya---dari sisi yang lain.

Mulai sekarang, tanyakan pada diri sendiri: apakah kita rela mengizinkan orang lain memegang kendali atas nyawa kita dan sepenuhnya merenggut kebebasan hidup kita di muka bumi ini?

Tidakkah binatang-binatang di dalam kebun binatang tersebut merasakan hal yang sama dengan apa yang kita rasakan? Dengan menjawab pertanyaan ini, dari sudut pandang kemanusiaan, edukasi yang sesungguhnya mungkin saja dapat tercapai.  

Referensi:
brewminate.com
nationalgeographic.org

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun