Esensi nilai
Lalu, langkah apa yang sebaiknya dapat ditempuh guna meluruskan alur berpikir yang salah ini? Salah satu cara yang baik dan perlu dilakukan adalah menanamkan pengertian mengenai esensi dari nilai itu sendiri.Â
Pengertian yang dimaksud bahwa nilai bukan semata-mata suatu tujuan yang harus diraih, tetapi lebih kepada suatu tolak ukur apakah diri saya sendiri (siswa) sudah paham dan mengerti dengan atau belum mengenai suatu materi pembelajaran.
Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan membenahi pola berpikir yang keliru. Pola pikir keliru yang dimaksud di sini merupakan pola berpikir atau paradigma dalam memandang para siswa.Â
Dalam masyarakat Indonesia, secara umum, seorang murid dikatakan pintar jika nilai matematika, bahasa Inggris, atau fisikanya tuntas dan memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum atau biasa disebut KKM. Cara pandang yang seperti inilah yang oleh Albert Einstein diibaratkan sebagai seekor ikan yang percaya bahwa ia bodoh jika ia dinilai dari kemampuannya memanjat pohon.
Semua murid adalah unik. Setiap murid memiliki kelemahan dan keunggulannya sendiri-sendiri, dan dari setiap kelemahan dan kekuatan diri murid ini, peran guru seyogyanya masuk dan memberi motivasi yang menumbuhkan dan mengembangkan. Motivasi yang membangun dan mengembangkan ini membuat setiap murid merasa bahwa dirinya bisa dan akhirnya mau untuk berkembang.
Value
Lantas nilai (dalam konteks ini value) apa yang bisa diambil dari masalah di atas? Selanjutnya agar lebih mudah membedakan nilai sebagai pernyataan kuantitatif dan nilai sebagai makna kualitatif, penulis akan menggunakan kata score dan value.Â
Score bukanlah semata-mata merupakan sebuah tujuan yang harus dicapai dan harus digapai. Memang score merupakan hal yang penting dalam menentukan prestasi siswa ke depan, tetapi hal yang jauh lebih bermakna dari pada score adalah mengenai suatu value atau makna yang diperoleh di balik perjuangan siswa menggapai score.Â
Value merupakan sebuah makna yang terkandung dalam suatu pengalaman yang telah dialami manusia. Dengan menyadari makna akan suatu peristiwa, manusia dapat menjadi lebih bijak dalam memilih dan bertindak.Â
Contohnya Budi yang mendapat nilai 60 dalam Penilaian Tengah Semester bahasa Latin. Namun dalam pengerjaan Penilaian Tengah Semester itu, Budi mengerjakankanya dengan jujur.Â