Mohon tunggu...
Deni
Deni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa

Menjalani hidup dengan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Plakat Petang

24 Februari 2020   00:44 Diperbarui: 24 Februari 2020   00:42 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pernah dipertemukan oleh tendensi hati yang tak menyengaja. Setiap titahnya mengamplopi sengketa dan jeri dari indusemen dini hari.

Ketika fajar meringkai, bukanlah kesamarataan yang tercekik bola mata, tapi kekakuan untuk membatinkan satu rupa yang dianggap spesifik oleh masa depan. Entah masa itu sungguh-sungguh mengedepankan? Ataukah pengedepanan hanya semasa itu?

Kita yang salah menukilkan mangsi hidup yang sebenarnya. Jika bukan dengan sejarahnya, maka yang tertumpah hanyalah sketsa nama pada sebuah plakat petang yang tak optimum.

Kini, rindu bagi kita adalah guna-guna hati yang untung-untungan. Komposisinya berendeng di antara detak dan suara probabilitas. Ketika risalah itu menggerutu, tak ada yang bisa mengklarifikasi selain kata "Tunggu" yang akan mendeteksinya.

Sukabumi, 24 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun