Mohon tunggu...
Deni
Deni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia biasa

Menjalani hidup dengan apa adanya

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Usilan Ketiadaan

22 Februari 2020   01:06 Diperbarui: 22 Februari 2020   01:14 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tak pernah melibatkanmu di dalam senyapnya air mata pagi. Hanya saja doaku masih menggalang di antara rengrengan purnama untuk mengalicau sebuah kepanikan di siang-bolong. Dengan sejumlah kata-kata memerangahkan, detik kini mulai memata-matai prosedur kita untuk menceburkan cerita di hari kemarin.

Sewaktu-waktu kita harus menyempatkan diri untuk mengakali kondisi yang kelihatannya ringan-ringan saja. Tentang apa yang ditayangkan oleh jarak belum tentu memesona dan jangkauan kita belum tentu ada setelahnya. Tinggal mendongengkan kepadaNya sebelum matahari siuman agar nuansa awan-kelabu tak selalu menyigai kita.

Proses argumentasi mengadopsi pembenaran dari keterpaksaan sanubari. Aspek ketiadaan adalah hal yang mengusil-usil langkah untuk merenggangi bola matamu, agar keceriaan kita tetap bersinambung di masa mendatang. Bukan dari seberapa sengit peperanganku di luaran sana, tapi seberapa betah kata "Tabah" itu bersarang di wajahmu dengan segenap mimpi-mimpi yang belum terjelma.

Sukabumi, 22 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun