Mohon tunggu...
dhena zhafirah
dhena zhafirah Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402 Disebabkan Faktor Alam dan Adanya Keretakan

27 April 2021   13:31 Diperbarui: 27 April 2021   15:09 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eric Ireng/Associated Press via nytimes.com

Saat ini bangsa Indonesia sedang dalam berduka. Sebelumnya terdapat kejadian jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ 182, dan saat ini Indonesia mendapat kabar duka kembali yaitu tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala 402.

Kapal KRI Nanggala 402 dinyatakan hilang kontak dan tenggelam sejak hari Rabu, 21 April 2021. Saat itu sedang melakukan latihan penembakan senjata strategis di perairan utara, Bali. Hingga pada Senin, 26 April 2021 telah dikonfirmasi bahwa 53 personel dalam kapal KRI Nanggala 402 yang terdiri 49 anak buah kapal dan 4 personel non-AEK, dinyatakan gugur. Kapal tersebut tenggelam di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut.

Menurut Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 disebabkan oleh faktor alam dan dari sejumlah laporan awal penyebab tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala 402 ini juga bukan karena kesalahan manusia maupun black out atau mati listrik. "Sudah kita evaluasi dari awal saya berkeyakinan ini bukan human error dan lebih kepada faktor alam," kata Yudo, di Base Ops Lanud I Gusti Ngurah Rai Bali, Minggu (25/4/2021).  

Serta tenggelamnya Kapal KRI Nanggala juga disebabkan karena adanya keretakan secara bertahap pada kapal. "Karena retakan jadi secara bertahap di bagian tertentu, dia turun ada fase-fase dari kedalaman 300 m, 400 m, 500 m ada keretakan," kata Yudo dalam konfrensi pers dikutip dari Kompas TV, Sabtu (24/4/2021).   Semakin dalam kedalaman laut maka tekanan air pun semakin tinggi sehingga kapal terbelah menjadi tiga bagian. listrik.  

Tidak mudah mengevakuasi para awak Kapal KRI Nanggala yang tenggelam di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut. Untuk mengevakuasi jenazah - jenazah awak kapal, dibutuhkan kerja sama dan koordinasi dengan organisasi operasi pencarian dan penyelamatan kapal selam internasional, yaitu International Submarine Escape and Rescue Liasion Office.

Dalam perspektif Manajemen Risiko ISO 31000, untuk meminimalkan risiko-risiko kapal yang akan terjadi kedepannya, maka perlu dilakukan perlakuan risiko. Perlakuan risiko terhadap risiko ini dapat dilakukan dengan dua cara, yakni transfer risiko dan memitigasi atau mengurangi risiko. Transfer risiko yakni berupa membeli asuransi kapal, yang asuransi tersebut dapat memberikan jaminan atas kerusakan dan kerugian sebuah kapal, mesin kapal dan perlengkapannya dari bahaya - bahaya laut, dan lain sebagainya.

Memitigasi atau mengurangi risiko yaitu berupa perawatan dan pemeriksaan kondisi sebuah kapal secara rutin, memantau cuaca di lingkugan sekitar sebelum menjalankan sebuah kapal (misalnya ramalan cuaca di suatu hari hujan deras disertai angin kencang, maka sangat tidak disarankan untuk menjalankan kapal), pemeriksaan kondisi kesehatan pengemudi kapal selam, dan sebagainya.

Kecelakaan-kecelakaan yang telah terjadi di Indonesia ini sangat perlu diperhatikan baik oleh masyarakat maupun pemerintah agar kedepannya angka kecelakaan di Indonesia dapat berkurang baik transportasi darat, transportasi laut, maupun transportasi udara. Dan semoga Tuhan Yang Maha Esa menerima segala amal dan ibadah para korban dari kecelekaaan-kecelakaan yang telah terjadi.

Sumber:

Kompas

Kontan

Kompas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun