Semakin dekat langkah kakiku, semakin jelas, semakin membara api cemburu dalam hati ini membakar amarah.Â
"Tidak, aku fikir, tidak.. ini bukan... masya allah," gumamku.
Plong,,, rasanya seakan hati ini lega setelah ku perhatikan lebih dekat dan jelas, ternyata wanita yang ku kira Andhita ternyata orang lain yang identik sekali dengan dia. Api cemburu yang tadi membara pun tiba - tiba pudar.Â
"Ah sudahlah,,, dasar... dasar..." gumamku lagi sambil menggaruk - garuk kepala layaknya anak - anak yang sedang malu karena sesuatu.
Karena sudah terlanjur berada di rumah makan seafood itu. Akupun duduk di tepi terluar dari jajaran bangku yang berada disana. Tak beberapa lama ponsel berdering. Ku raihnya dari saku celana.
Ternyata Andhita yang menelponku.
" Assalamualaikum mas pras,,,"
"Wa'alaikum salam."
"Mas, Sepulang dari rumah bibi, tiba - tiba tubuhku meriang. Dan sepertinya kita gak jadi ketemu dulu deh. Atau kamu yang kerumah aja," dari ujung saluran telepon terdengar sayup tanda seseorang yang tengah tidak enak badan bersuara.
"Hmm,,, aku udah sampai dilokasi loh dek,"
"Iya maaf ya mas, aku juga udah rapih kok ini mau jalan,"