Kalau saja kemarin senja itu datang lebih cepat, bisa jadi himpunan rasa tak sempat jadi penat.
Kelincahan jari jemari memaksa pikiran untuk kemudian berselancar tentang rasa lebih cepat dari biasa.
Di sebuah kesunyian, seorang gadis menunduk malu,
Nampak pria pun malu-malu menghampiri.
Namun risau membuatnya urung niat kemudian kembali,
Haruskah sampai pada sepuluh purnama berlalu?
Baru kemudian ditemui lagi keberanian itu,
Entah bersembunyi di sudut yang mana keberanian diri hingga yang tampak hanya kerdilnya hati.
Hanya mampu tertulis tanpa sanggup terucap manis,
Sorot pandangan sang gadis sayu sedan seperti menanti untuk dirayu.
Menunggu jingga hadir di langit senja, namun tak nampak, selain langit yang mendung,