Mohon tunggu...
wisnuwardhana
wisnuwardhana Mohon Tunggu... Administrasi - "dengan menulis, kamu akan selalu hidup"

a happy man with 3 children

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adakah Sosok KH Agus Salim dalam Diri Kita?

22 November 2022   13:05 Diperbarui: 22 November 2022   15:07 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Eiden is Lijden... Pernah mendengar pepatah ini? Pepatah berbahasa Belanda ini pernah digunakan oleh Muhammad Roem untuk menggambarkan sosok KH. Agus Salim sebagai seorang pemimpin. KH. Agus Salim dikenal sangat sederhana dan terbatas dalam hal materi. Hal ini terungkap dalam buku karangan Muhammad Roem yang berjudul "Haji Agus Salim, Memimpin adalah Menderita".

KH. Agus Salim merupakan salah satu tokoh perjuangan nasional. Ia seorang diplomat ulung yang menguasai berbagai bahasa, di antaranya adalah bahasa Belanda, bahasa Inggris, bahasa Jerman, bahasa Prancis, bahasa Arab, bahasa Mandarin, bahasa Latin, dan bahasa Turki. KH. Agus Salim adalah seorang jenius yang pernah memimpin organisasi besar, menjadi diplomat, dan bahkan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Republik Indonesia pada masa-masa awal kemerdekaan. Itulah sebabnya beliau sangat disegani oleh berbagai kalangan, termasuk orang-orang Belanda yang pernah menjadi lawan berundingnya.

Meski pernah menduduki berbagai jabatan strategis, KH. Agus Salim memilih untuk bersahaja. Beliau tidak silau dengan berbagai kemewahan yang seringkali membuat kebanyakan orang tergiur dan lupa. Bahkan salah seorang sejawatnya di Belanda menganggap bahwa KH. Agus Salim hanya memiliki satu kekurangan, yaitu melarat. Leiden is Lijden, yang berarti Memimpin adalah Menderita, adalah jalan hidup yang dipilih oleh KH. Agus Salim.

kh-agus-salim-4-637c69224addee6ff72b9534.jpg
kh-agus-salim-4-637c69224addee6ff72b9534.jpg
Mungkin, beberapa di antara kita mempertanyakan apakah jiwa besar yang pernah bersemayam di dalam diri KH. Agus Salim dapat kita temukan dalam diri para pemimpin kita saat ini? Tidak perlu kita menjawab pertanyaan itu, bahkan kitapun tak perlu mempertanyakannya. Namun, ajukanlah pertanyaan itu kepada diri kita masing-masing. Seberapa jauhkah kita mampu meneladani derita KH. Agus Salim dalam kehidupan sehari-hari kita?

Ada sebuah hadist yang relevan dengan pertanyaan di atas, yaitu:

"Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin. Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan istri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya" (HR Al-Bukhari).

kh-agus-salim-5-637c69389566061d052af1d3.jpeg
kh-agus-salim-5-637c69389566061d052af1d3.jpeg
Dari hadist di atas, dapat kita sadari bahwa sesungguhnya masing-masing dari kita adalah pemimpin. Pemimpin bukan hanya presiden, gubernur, bupati, walikota, ataupun sederet jabatan mentereng lainnya. Bahkan seorang tukang sampah yang sebagian dari kita memandangnya sebelah matapun adalah seorang pemimpin. Dan setiap pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap apapun yang dipimpinnya. Setiap pemimpin juga memiliki tanggung jawab terhadap apapun yang dikerjakannya.

Sejauh ini, sudahkah kita melaksanakan tugas-tugas kita dengan baik? Sudahkah kita melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab? Sudahkah kita berorientasi kepada orang-orang yang kita pimpin? Dan sudahkah kita menderita demi orang lain? Pertanyaan-pertanyaan itu sederhana namun sangat sulit untuk dijawab, bukan?

kh-agus-salim-6-637c694b95660632940ac3e2.jpg
kh-agus-salim-6-637c694b95660632940ac3e2.jpg
Bagi kita yang terutama bekerja di bidang pelayanan publik, seperti rumah sakit, kantor kelurahan, kantor perijinan, sekolah, dll, mari kita lihat jauh ke dalam diri kita masing-masing. Kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan di atas dengan jujur. Di sana, ada begitu banyak orang yang menggantungkan berbagai harapannya kepada kita. Harapan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, administrasi kependudukan yang optimal, pendidikan yang layak, dan harapan-harapan lainnya yang sebenarnya adalah hak mereka.

Lalu, bisakah kita abai terhadap harapan-harapan tersebut? Bisakah kita masih mengharapkan sesuatu atas apa yang sudah menjadi tugas kita? Bisakah kita berkeinginan mengumpulkan pundi-pundi rupiah di saat mereka menggantungkan harapannya kepada kita? Bukankah tugas-tugas kita adalah amanah yang wajib kita tunaikan? Bukankah amanah adalah ladang amal yang begitu luas? Karena sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi sesamanya, maka siapkah kita menderita dalam mengemban amanah itu? Mampukah kita menghadirkan sosok KH. Agus Salim di dalam diri kita? Lagi-lagi, mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan jujur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun