Mohon tunggu...
Pendidikan

Kentang Produk Rekayasa Genetik (Tahan terhadap Penyakit Busuk Daun) Dinyatakan Aman Pangan

17 Desember 2018   23:33 Diperbarui: 18 Desember 2018   00:08 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil gambar untuk gambar kentang katahdin

          

           Di Indonesia kentang masih diutamakan sebagai bahan sayuran dan belum menjadi bahan makanan pokok. Namun, terdapat peningkatan konsumsi kentang terutama dalam bentuk kentang olahan seperti kentang goreng dan keripik kentang. Selama ini jenis kentang yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan kentang di Indonesia adalah Granola dan Atlantic. Granola mendominasi areal tanam di Indonesia, sedangkan Atlantic merupakan produk impor. Akan tetapi, kedua jenis tersebut sangat rentan terhadap penyakit busuk daun (Phytophthora infestans).

            Penyakit busuk daun dapat menyebabkan gagal panen dengan persentase 47%-100%. Hingga kini, petani Indonesia masih menggunakan fungisida kimia yang digunakan sebanyak 20-30 kali setiap satu kali masa tanam. Penggunaan fungisida tersebut ternyata setara dengan biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli bibit. Oleh karena itu, kentang produk rekayasa genetik (PRG) hadir sebagai solusi penanggulangan penyakit busuk daun serta dapat menurunkan jumlah penggunaan fungisida kimia.

            Kentang PRG yang dihasilkan adalah jenis Katahdin SP951. Jenis kentang ini pertama kali disisipkan gen RB (tahan terhadap penyakit busuk daun) oleh peneliti di Universitas Wisconsin AS, yang diambil dari tanaman kentang liar jenis Solanum bulbocastanum. Penyisipan gen RB menggunakan teknik transformasi Agrobacterium tumefaciens. Setelah dilakukan penyisipan, gen RB akan bekerja secara alami untuk melawan penyakit busuk daun sama seperti pada Solanum bulbocastanum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gen RB tersebut dapat bertahan dalam Katahdin SP951 hingga keturunan generasi keempat. Bahkan hal tersebut juga terjadi pada anakan hasil persilangan dengan kentang jenis lain, sehingga dapat dikatakan kentang Katahdin SP951 memiliki kestabilan ketahanan terhadap penyakit daun busuk.

            Selain itu, kelebihan lain dari kentang Katahdin SP951 maupun hasil persilangannya memiliki hasil panen yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis Granola dan Atlantic, yaitu Katahdin SP951 rata-ratanya menghasilkan 12,9 ton/ha. Hasilnya sangat jauh jika dibandingkan dengan hasil panen jenis Granola dan Atlantic yang masing-masing hanya menghasilkan 3,5 ton/ha dan 5,4 ton/ha. Tanpa menurunkan hasil panen berdasarkan penelitian, penggunaan fungisida terhadap Katahdin SP951 dapat dikurangi sebanyak 50%, sehingga tidak mencemari lingkungan.

            Di Indonesia kentang Katahdin SP951 sudah mendapatkan ijin peredaran pangan, karena kentang ini telah menunjukkan hasil yang positif disetiap pengujian yang dilakukan. Hasil pengujian tersebut diantaranya pertama, kentang Katahdin SP951 dan hasil persilangannya memiliki kesamaan fisik dengan kentang Katahdin non-PRG, dilihat dari tinggi tanaman serta jumlah batangnya. Kedua, nutrisi yang terkandung dalam Katahdin SP951 dan hasil persilangannya dengan kentang Katahdin non-PRG tidak ditemukan adanya perbedaan. Jadi, adanya penyisipan gen RB sama sekali tidak mempengaruhi kandungan nutrisi Katahdin SP951 serta hasil persilangannya.

            Ketiga, berdasarkan uji toksisitas dengan bioinformatik, kentang Katahdin SP951 dan hasil persilangannya tidak ditemukan adanya kandungan toksik. Selain itu, uji yang dilakukan terhadap mencit selama 14 hari juga memperlihatkan tidak adanya gangguan kesehatan atau pun kematian pada mencit. Keempat, uji alergi yang dilakukan menunjukkan bahwa kentang Katahdin SP951 dan hasil persilangannya yang mengandung gen RB bukan merupakan penyebab alergi maupun berpotensi menimbulkan alergi jika dikonsumsi. Selain itu, hasil uji menggunakan enzim pepsin dan tripsin  di dalam ruang inkubator yang mencerminkan  proses pencernaan manusia, menunjukkan bahwa protein Katahdin SP951 dapat dihancurkan oleh kedua enzim tersebut dalam waktu 5 menit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa protein yang dihasilkan gen RB aman untuk dikonsumsi manusia.

            Sudah disinggung sebelumnya bahwa kentang Katahdin SP951 telah mendapatkan izin peredaran pangan dari Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan melalui Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.04.01.1.52.12.16.4300 Tahun 2016. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa pangan dalam bentuk komoditas kentang PRG Katahdin SP951 dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Namun demikian, agar dapat diedarkan ke masyarakat, tanaman PRG harus mendapat ketetapan aman hayati yang meliputi aman lingkungan, aman pangan, dan/ atau aman pakan (Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2005).

            Walaupun kentang PRG telah mendapat sertifikat aman pangan, namun kentang PRG ini belum memperoleh aman lingkungan. Studi keamanan lingkungan kentang PRG telah dilakukan, dan pada tahun 2017 dokumen Analisis Risiko Lingkungan sedang dalam tahap pengkajian oleh TTKH Bidang Keamanan Lingkungan. Dengan segala kelebihan dan keunggulan yang dimiliki kentang Katahdin SP951, diharapkan kentang PRG segera memperoleh ketetapan aman lingkungan, sehingga dapat segera dimanfaatkan petani kentang dan menjadi komoditas pangan prioritas non-beras.

Referensi

Ambarwati, D, dkk. 2017. "Pemuliaan Kentang Produk Rekayasa Genetik Tahan terhadap Penyakit Busuk Daun (Phytophthora infestans) dan Aman Pangan di Indonesia". Jurnal AgroBiogen Vol. 13 No. 1 Halaman 67-74.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun