Mohon tunggu...
dhea arvica lofa
dhea arvica lofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

tugas artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbandingan Pengaruh Overthinking pada Kalangan Usia Remaja dan Dewasa

28 September 2021   12:27 Diperbarui: 28 September 2021   12:31 815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Overthinking adalah sebuah respon yang bisa terjadi pada siapa saja tak memandang ras, jenis kelamin, dan juga kelompok umur tertentu. Overthinking per individu tidak dibedakan menurut usia, jenis kelamin ataupun etnis. 

Overthinking sama halnya dengan depresi atau masalah internal, dan satu diantaraya juga menerangkan bahwa usia dan jenis kelamin berpengaruh pada tingkat depresi seseorang. Overthinking semestinya tidak teramat buruk, karena berpikir adalah khas dan kelebihan manusia. 

Namun, kalau seseorang terlalu banyak berpikir malah dapat merugikan karena dapat menghambat seseorang untuk bertindak, membuang energy dan menyulitkan seseorang untuk membuat keputusan, karena terjadi terus menerus dan berulang-ulang berpikir. 

Akibat dari pemikiran yang tidak produktif ini membuat seseorang stuck dalam keadaan tidak berkembang sehingga tidak dapat melakukan hal-hal baru dan menghambat kemajuan hidup seseorang. Peristiwa yang menyebabkan stress kerapkali berhubungan dengan adanya peningkatan perilaku Overthinking secara berkepanjangan baik pada orang dewasa maupun remaja. 

Untuk Negara kita sendiri, penelitian mengenai Overthinking masih harus di laksanakan menjadi data tentang keadaan warga Indonesia dalam perkara stress hidup ataupun depresi dari segi usia remaja dan dewasa. Rasa cemas yang berlebihan merupakan penyebab efek negatif pada kesehatan mental dan tubuh pasien. Pikiran yang  melelahkan secara fisik dan mental. Meski sudah cukup parah, penderita akan merasa tertekan. 

Overthinking seringkali dianggap sama dengan kekhawatiran, meskipun begitu pada kenyatannya kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda. Perbedaan tersebut adalah bahwa overthinking memiliki fokus pada perasaan negatif dari kejadian yang menurutnya tidak menyenangkan yang dialami di masa lalu atau trauma, sedangkan khawatir umumnya berfokus pada pikiran pikiran atas hal hal buruk yang mungkin saja terjadi di masa depan.

Populasi dalam penelitian ini cuma diperoleh dari data kelompok usia remaja dan dewasa, dan tanpa ada kriteria secara spesifik dalam penelitian ini. Pengambilan data penelitian ini adalah menitipkan kepada beberapa teman yang kemudian akan diberikan kepada keluarga dan rekan kerja, kemudian meminta data di lingkungan dan tempat tempat yang sering dijadikan tempat bersantai masyarakat.

Jadi, Overthinking dalam usia remaja bepengaruh yang lebih tinggi daripada usia dewasa, hal ini menyatakan bahwa remaja sering berpikir negatif secara berulang ulang, serta masih trauma akan pengalaman buruk di masa lalu. 

Perbedaan lain juga diketahui pada tiap tiap dimensi, yaitu brooding (merenung) pada remaja lebih tinggi daripada dewasa, dapat dilihat adanya rata rata terjadinya overthinking pada usia remaja lebih tinggi daripada usia dewasa.

CARA MENGATASINYA

Untuk seseorang yang mempunyai kebiasaan nilai overthinking yang sangat tinggi, ada beberapa cara yang sudah terbukti bisa meminimalisirnya, yaitu :

  • Menulis peristiwa traumatis.
  • Dapat dilakukan dengan cara menulis mengenai tujuan hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun