Usai merayakan suka cita Lebaran, tak sedikit yang justru merasa lemas, sulit tidur, dan kehilangan semangat. Fenomena yang sering disebut "jet lag Lebaran" ini memang nyata, bahkan bagi mereka yang tidak bepergian jauh. Mengapa bisa terjadi? Mari kita telusuri lebih dalam.
Ritme Sirkadian Terganggu
Tubuh kita memiliki jam biologis internal, ritme sirkadian, yang mengatur siklus tidur-bangun, produksi hormon, dan berbagai fungsi tubuh lainnya.Â
Selama Ramadan, pola tidur dan makan berubah drastis, mengacaukan ritme ini. Saat Lebaran usai dan rutinitas kembali normal, tubuh kesulitan beradaptasi, memicu gejala jet lag.
Hormon dan Pola Makan: Faktor Penting Lainnya
Perubahan pola tidur dan makan memengaruhi hormon melatonin (pengatur tidur) dan kortisol (pengatur stres).Â
Ketidakseimbangan ini mengganggu kualitas tidur dan suasana hati. Pola makan Lebaran yang kaya gula dan lemak, serta konsumsi kafein dan alkohol, memperparah kondisi ini.
Dampak Psikologis: Jangan Diabaikan
Jet lag Lebaran bukan hanya masalah fisik. Perubahan suasana hati, mudah tersinggung, sulit fokus, dan stres akibat tekanan sosial Lebaran juga berperan. Transisi dari liburan ke rutinitas kerja menambah beban psikologis.
Gejala jet lag Lebaran, antara lain:
1. Kelelahan ekstrem,
2. Sulit tidur atau insomnia,
3. Sakit kepala,